![Mengenal Klientelisme Politik, Ketika Untung-Rugi Mengalahkan Etnisitas](https://koran-jakarta.com/images/article/mengenal-klientelisme-politik-ketika-untung-rugi-mengalahkan-etnisitas-230516133321.jpg)
Mengenal Klientelisme Politik, Ketika Untung-Rugi Mengalahkan Etnisitas
![Mengenal Klientelisme Politik, Ketika Untung-Rugi Mengalahkan Etnisitas](https://koran-jakarta.com/images/article/mengenal-klientelisme-politik-ketika-untung-rugi-mengalahkan-etnisitas-230516133321.jpg)
Mobilisasi Etnis Leihitu di Pilkada Maluku Tengah 2017.
Praktik demokrasi elektoral yang semakin terbuka pascareformasi mendorong mobilisasi politik melalui pertukaran politik secara klientelistik, relasi yang bersifat timbal balik.
Ardiman Kelihu, Universitas Gadjah Mada
Etnisitas sering dianggap sebagai elemen penting untuk memobilisasi pemilih dalam upaya memenangkan pemilihan umum (pemilu).
Di tingkat lokal, ruang bagi masyarakat untuk memilih kepala daerahnya secara langsung kerap memicu mobilisasi etnis. Sementara di tingkat nasional, identitas etnis juga digunakan sebagai simbol yang menunjukkan representasi dan dukungan seseorang berdasarkan asal daerah.
Misalnya, pada Pemilu 2009, banyak pemilih cenderung mengidentifikasi pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) Jusuf Kalla-Wiranto berdasarkan representasi Jawa dan luar Jawa. Jusuf Kalla berasal dari Makassar, Sulawesi, sementara Wiranto dari Yogyakarta.
Di Indonesia, sejumlah elit dan partai politik masih menempatkan etnis sebagai variabel penting dalam mobilisasi politik, pengorganisasian jaringan politik, merumuskan kompromi, koalisi, dan dukungan politik. Para elit politik kerap menggunakan kesamaan etnis untuk mempermudah proses koalisi dan penggalangan dukungan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya