Tiongkok: Tak Ada yang Akan Menang dalam Perang Dagang
Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok, Liu Pengyu.
Foto: IstimewaWASHINGTON – Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, pada hari Senin (25/11), mengatakan baik Amerika Serikat (AS) maupun Tiongkok tidak akan memenangkan perang dagang, setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif impor tambahan sebesar 10 persen pada semua impor Tiongkok saat ia menjabat pada 20 Januari.
“Terkait isu tarif AS terhadap Tiongkok, Tiongkok yakin kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS saling menguntungkan. Tidak ada yang akan memenangkan perang dagang atau perang tarif,” kata juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok, Liu Pengyu, dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari The Straits Times, Trump mengatakan dia akan mengenakan tarif sampai Tiongkok menghentikan aliran obat-obatan terlarang, khususnya fentanil, ke AS.
Dalam pernyataannya, Liu mengatakan Tiongkok telah mengambil langkah-langkah untuk memerangi perdagangan narkoba setelah kesepakatan dicapai pada tahun 2023 antara Presiden AS, Joe Biden, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
“Pihak Tiongkok telah memberitahukan pihak AS tentang kemajuan yang telah dicapai dalam operasi penegakan hukum terkait AS terhadap narkotika,” katanya.
Semua ini membuktikan gagasan Tiongkok yang secara sadar membiarkan prekursor fentanil mengalir ke Amerika Serikat bertentangan sepenuhnya dengan fakta dan realitas.
Telah terjadi kemajuan bertahap, namun nyata dalam kerja sama untuk menghentikan perdagangan gelap bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanil yang mematikan setelah Xi dan Biden sepakat untuk melanjutkan upaya bersama.
Amerika Serikat, tempat penyalahgunaan fentanil menjadi penyebab utama kematian, telah mendesak Tiongkok untuk menegakkan hukum lebih keras, termasuk menanggulangi pendanaan gelap dan memperketat kontrol terhadap bahan kimia tersebut.
Pada bulan Juni, Jaksa Agung Tiongkok mendesak pejabat penegak hukumnya untuk fokus pada pemberantasan perdagangan narkoba, saat Beijing dan Washington meluncurkan penyelidikan bersama yang langka terhadap narkoba.
Pada bulan Agustus, beberapa hari setelah pertemuan kelompok kerja gabungan antinarkotika, Tiongkok mengatakan akan memperketat kontrol terhadap tiga bahan kimia yang penting untuk membuat fentanil.
Sementara itu, Presiden terpilih AS, Donald Trump, pada hari Senin (25/11), berjanji untuk mengenakan tarif pada Kanada, Meksiko, dan Tiongkok melalui perintah eksekutif yang akan ditandatanganinya pada hari pertamanya menjabat.
Dia mengatakan hal tersebut merupakan balasan atas apa yang disebutnya sebagai keterlibatan mereka dalam distribusi fentanil yang mematikan dan migran ke AS.
"Pada 20 Januari..., saya akan menandatangani semua dokumen yang diperlukan untuk mengenakan tarif 25 persen kepada Meksiko dan Kanada atas SEMUA produk yang masuk ke Amerika Serikat, dan Perbatasan Terbuka yang konyol," kata Trump dalam media sosial miliknya.
"Tarif ini akan tetap berlaku hingga narkoba, khususnya fentanil, dan semua imigran ilegal menghentikan invasi ke negara kita. Baik Meksiko maupun Kanada memiliki hak dan kekuasaan mutlak untuk dengan mudah menyelesaikan masalah yang telah lama membara ini," tambahnya.
Berita Trending
- 1 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 2 BKD Banten Periksa Pejabat Kesbangpol Buntut Spanduk Kontroversial
- 3 Digitalisasi Bisa Perkuat Daya Saing Koperasi
- 4 Ini yang Dilakukan Dua Kementerian untuk Majukan Ekonomi Daerah Transmigrasi
- 5 Panglima: Ada 35 Purnawirawan TNI Ikut Calonkan di Pilkada Serentak 2024
Berita Terkini
- Wapres Duterte Sangkal Rencana Pembunuhan Marcos Jr
- Korut Perluas Kompleks Pembuatan Misil
- Sinergi Bank Mandiri, Garuda Indonesia, Pegadaian dan Angkasa Pura Indonesia Salurkan Bantuan Kuliah Putra Putri TNI/Polri di Jakarta
- Pemberontak Siap Berdialog dengan Junta
- PBB: Lebih dari 40.000 Orang Mengungsi dari Ibu Kota Haiti