Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Merenungkan Situasi Krisis, Hasto Berkontemplasi Ketika Habibie Dikepung Tentara Liar

Foto : ANTARA/HO-PDIP

Sekretaris TPN Ganjar-Mahfud, Hasto Kristiyanto saat diskusi "Pilpres dan Memulihkan Distorsi Kompetisi Menjadi Kompromi" yang digelar FDN di Kuningan, Jakarta, Rabu (7/2/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Sekretaris TPN Ganjar-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto mengatakan dirinya sengaja datang lebih awal pada diskusi yang digelar Forum Dialog Nusantara (FDN) di Perpustakaan Habibie-Ainun, Kuningan, untuk sejenak berkontemplasi terhadap apa yang terjadi di Wisma Habibie-Ainun tersebut.

Hal ini diuraikan Hasto saat berbicara di diskusi "Pilpres dan Memulihkan Distorsi Kompetisi Menjadi Kompromi" yang digelar FDN di Kuningan, Jakarta, Rabu.

"Dalam kontemplasi tersebut, saya teringat buku Detik-detik Yang Menentukan karya Pak Habibie, khususnya ketika dalam situasi kritis menjelang Pengumuman Kabinet Reformasi Pembangunan, Pak Habibie menerima informasi adanya gerakan Pasukan Kostrad yang tanpa sepengetahuan Panglima ABRI saat itu, Jendral Wiranto. Gerakan pasukan itu tidak hanya bentuk dis-obbidience. Terlebih hal itu berkaitan dengan keamanan Pak Habibie dan keluarga," kata Hasto.

Atas dasar laporan tersebut, sejarah mencatat Presiden Habibie mengambil keputusan untuk memecat Pangkrostrad saat itu, yakni Prabowo Subianto.

"Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad harus diganti dan penggantinya diserahkan pada Panglima ABRI," ujar Hasto mengutip buku Habibie.

Menurut Hasto pelajaran terpenting dari cerita di atas menunjukkan bahwa political dis-obidience itu berkaitan dengan karakter tentang bagaimana seseorang memancing di air keruh.

"Dalam situasi krisis ketika terjadi krisis moneter, ekonomi, sosial, dan politik, sejarah mencatat bagaimana Pak Prabowo justru mencoba mengambil kesempatan. Untung Presiden Habibie mengambil sikap tegas, bukannya melantik Prabowo sebagai KSAD sebagaimana diusulkan oleh Jenderal Besar AH Nasution, sebaliknya Prabowo diberhentikan dan pada saat bersamaan gerakan pasukan ABRI secara liar langsung ditertibkan," jelasnya.

Untuk diketahui, Ketua Dewan Penasihat FDN Ilham Akbar Habibie menjadi tuan rumah diskusi dengan mengundang perwakilan tim pemenangan dari ketiga pasangan calon presiden menyoroti situasi jelang Pilpres 2024.

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. nomor urut 3.

KPU juga telah menetapkan masa kampanye mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, masa tenang pada tanggal 11-13 Februari, dan hari-H pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top