Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 29 Agu 2024, 00:36 WIB

Masalah Taiwan dan Perdagangan Jadi Pembahasan Pejabat Tinggi Tiongkok-AS

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi di Beijing, Tiongkok pada Rabu (28/8/2024).

Foto: ANTARA/HO-Kementerian Luar Negeri Tiongkok

Beijing - Permasalahan Taiwan hingga strategi proteksionisme menjadi pembahasan antara Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi dan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan di Beijing.

"Wang Yi menegaskan Taiwan adalah milik Tiongkok dan Tiongkok pasti akan bersatu kembali. 'Kemerdekaan Taiwan' adalah risiko terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," kata Wang Yi seperti dalam laman Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang diakses di Beijing, Rabu.

Sullivan bertemu Wang Yi pada 27-28 Agustus di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik di antara kedua kekuatan utama global tersebut.

"AS harus melaksanakan komitmennya untuk tidak mendukung 'kemerdekaan Taiwan', mematuhi prinsip satu Tiongkok dan tiga komunike bersama Tiongkok-AS, berhenti mempersenjatai Taiwan dan mendukung reunifikasi damai Tiongkok," tambah Wang Yi.

Keamanan nasional, menurut Wang Yi, memerlukan batasan yang jelas, terutama di bidang ekonomi, yang harus didefinisikan secara ilmiah.

"Amerika Serikat harus berhenti menindas Tiongkok di bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berhenti merugikan kepentingan sah Tiongkok. Menggunakan 'kelebihan kapasitas' sebagai alasan untuk melakukan proteksionisme hanya akan merugikan kebijakan ramah lingkungan secara global dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia," ungkap Wang Yi.

Ia juga menekankan bahwa Tiongkok dengan tegas akan terus menjaga kedaulatan teritorial dan hak serta kepentingan maritimnya atas kepulauan di Laut Cina Selatan, dan menjunjung tinggi keseriusan dan efektivitas Deklarasi Perilaku Para Pihak (DOC) di Laut Cina Selatan.

"AS tidak boleh menggunakan perjanjian bilateral sebagai alasan untuk melemahkan kedaulatan dan integritas wilayah Tiongkok dan tidak boleh mendukung atau memaafkan pelanggaran yang dilakukan Filipina," kata Wang Yi.

Menurut Wang Yi, hubungan Tiongkok-AS telah mengalami pasang surut dan memilah pengalaman serta pembelajaran akan membantu kedua negara untuk membuka masa depan dan menemukan cara yang tepat agar dapat rukun satu sama lain.

Ia menawarkan sebanyak lima cara agar hubungan Tiongkok-AS dapat mempertahankan arah yang benar.

"Pertama, kuncinya terletak pada kedua kepala negara yang mengendalikan hubungan tersebut. Kedua belah pihak harus menjunjung tinggi prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai dan kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan," papar Wang Yi.

Kedua, Tiongkok dan AS harus mematuhi tiga komunike sebagai landasan politik dalam pembentukan hubungan diplomatik kedua negara, menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Tiongkok, menghormati sistem politik dan jalur pembangunan Tiongkok serta menghormati hak pembangunan yang sah dari rakyat Tiongkok.

"Ketiga, memperlakukan satu sama lain secara setara. Memulai dari posisi yang kuat bukanlah cara yang tepat dalam berinteraksi antar negara," ucap Wang Yi.

Keempat, kedua negara harus membangun lebih banyak jembatan dan membuka lebih banyak jalan untuk pertukaran antarmasyarakat dan bukan membangun penghalang sehingga ada opini publik yang sehat.

"Kelima, membangun pemahaman yang benar satu sama lain. AS tidak boleh menggunakan caranya sendiri untuk berspekulasi mengenai Tiongkok, juga tidak boleh menggunakan pola bahwa negara kuat akan mengupayakan hegemoni yang meniru Tiongkok," ujar Wang Yi.

Sedangkan Sullivan mengatakan terdapat perbedaan dan persaingan antara AS dan Tiongkok serta banyak bidang yang memerlukan kerja sama.

"Saya setuju bahwa satu sama lain harus diperlakukan setara dan persaingan harus sehat dan adil. AS tidak berniat melepaskan diri dari Tiongkok, AS juga menganut kebijakan satu Tiongkok dan tidak mendukung 'kemerdekaan Taiwan', 'dua Tiongkok' , atau 'satu Tiongkok, satu Taiwan'," kata Sullivan dalam laman tersebut.

AS dan Tiongkok, menurut Sullivan dapat hidup berdampingan secara damai di untuk jangka waktu yang lama dan AS juga berniat untuk menemukan cara untuk mengembangkan hubungan AS-Tiongkok secara berkelanjutan.

"AS bersedia untuk terus menjaga komunikasi strategis dengan Tiongkok, meningkatkan saling pengertian, dan mengurangi kesalahpahaman dan salah penilaian," ungkap Wang Yi.

Keduanya juga bertukar pandangan mengenai isu-isu lain seperti Ukraina, Timur Tengah dan Semenanjung Korea.

"Tiongkok selalu berkomitmen untuk mendorong perundingan damai dan mendorong solusi politik terhadap krisis Ukraina, dan kami akan terus melakukan hal yang benar. AS tidak boleh mengabaikan tanggung jawabnya terhadap Tiongkok, apalagi menerapkan sanksi ilegal sepihak tanpa pandang bulu," tambah Wang Yi.

Pertemuan itu juga dibahas babak baru interaksi kedua kepala negara dalam waktu dekat dan sepakat untuk terus melakukan kerja sama di bidang pengendalian narkoba, penegakan hukum, repatriasi imigran ilegal, dan respons terhadap perubahan iklim.

Kunjungan Sullivan ini merupakan yang pertama kali dilakukan penasihat keamanan nasional AS sejak delapan tahun lalu, dan hal ini dipandang sebagai persiapan menuju pertemuan puncak berikutnya antara Presiden Joe Biden dengan Presiden Xi Jinping.

Kedatangan Sullivan menjadi langkah penting untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai kedua pemimpin tersebut selama pertemuan mereka di San Fransisco pada 15 November 2023, sebut CCTV.

Kedua pejabat tersebut telah bertemu selama empat kali dalam 16 bulan, yakni di Wina, Malta, Washington, dan Bangkok.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.