Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 11 Mar 2025, 01:15 WIB

Program Sekolah Rakyat, Bukti Keberpihakan Negara ke Rakyat Kecil

Presiden RI, Prabowo Subianto

Foto: antara

JAKARTA - Presiden RI, Prabowo Subianto pada Senin (10/3) memanggil beberapa menteri ke Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk membahas mengenai program Sekolah Rakyat. 

Dalam rapat tersebut, Presiden meminta para menteri mematangkan program tersebut agar Sekolah Rakyat sudah dijadwalkan bisa beroperasi efektif pada tahun ajaran 2025-2026 atau Juli 2025.

Rapat itu diantaranya membahas lokasi-lokasi sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana, serta mekanisme penerimaan siswa.

Dalam rapat itu, Menteri Sosial, Saifullah Yusuf melaporkan kepada Presiden mengenai 53 lokasi di sejumlah daerah yang siap menyelenggarakan program sekolah rakyat. Jumlah itu jelasnya bisa terus bertambah karena kementerian akan terus berkoordinasi dalam waktu dua hingga tiga hari ke depan.

“Pada prinsipnya, Bapak Presiden meminta apa yang telah kami rencanakan itu terus dimatangkan, ditindaklanjuti, dan sebanyak mungkin daerah yang bisa berpartisipasi pada kesempatan pertama ini,” kata Syaifullah.

Penyelenggaraan program sekolah rakyat paparnya tidak hanya berfokus pada kurikulum, tetapi juga memastikan kesiapan infrastruktur. Sekolah-sekolah yang dipilih harus memenuhi syarat kelayakan, termasuk ketersediaan asrama, ruang kelas, tempat ibadah, kantin, hingga fasilitas olahraga.

Dalam kesempatan itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti menyebutkan ada dua skema kurikulum yang dapat diadopsi di sekolah rakyat (SR). Dua kurikulum itu bisa berasal dari institusinya atau Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

“Pertama ikuti kurikulum sekolah unggul, itu berarti ikut Mendiktisaintek. Akan tetapi, juga bisa ikuti kurikulum sekolah yang berlaku sekarang ini yang digagas Kemendikdasmen,” kata Muti.

Perbedaan kedua kurikulum itu terletak pada standar yang diterapkan. Misalnya, kurikulum sekolah unggul Kemendiktisaintek itu standarnya adalah standar internasional.

Ia menyebutkan beberapa standar internasional tersebut, di antaranya pelajar yang disiapkan untuk berasrama dan pendidikan yang disiapkan sudah punya standar tinggi. Bahkan, mencakup potensi mendatangkan guru asing dari luar negeri untuk berkolaborasi dengan guru lokal.

Sementara itu, untuk kurikulum yang disiapkan oleh Kemendikdasmen, kurikulum standar nasional yang dikenal dengan nama Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum tersebut dirancang dapat mewadahi seluruh kebutuhan peserta didik, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Kejar Ketertinggalan

Menanggapi program Sekolah Rakyat itu, Wakil Rektor Tiga, Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, mengatakan, langkah Pemerintah mendirikan sekolah rakyat akan menjadi salah satu cara untuk mengejar ketertinggalan daya saing dalam negeri yang salah satu unsur pentingnya adalah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.

“Ini bisa disebut sebagai terobosan dalam membangun daya saing bangsa kita yang selama ini dianggap masih belum sejajar dengan negara maju. Karena syarat mutlak kompetisi global adalah penguasaan ilmu, teknologi,dan kreatifitas berinovasi yang hanya bisa dilakukan SDM yang mumpuni. Karena dengan pendekatan sistem boarding school akan lebih efektif membentuk SDM yang berkarakter, punya rasa percaya diri dibandingkan sekolah biasa. Jadi tidak hanya dari sisi akademis saja. Dan dengan sebaran di seluruh kota diharapkan kita bisa memiliki pendidikan berkualitas yang lebih merata, termasuk dengan memberi kesempatan anak-anak dari keluarga kurang mampu,” tuturnya.

Akses Pendidikan

Dari Yogyakarta, Direktur eLaw Institute, Eko Prastowo, menyampaikan dukungannya terhadap program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, program itu sebagai bukti nyata keberpihakan negara kepada rakyat kecil, khususnya mereka yang selama ini kesulitan mengakses pendidikan berkualitas.

“Sekolah Rakyat bukan sekadar program pendidikan gratis, tetapi juga bentuk konkret dari pembelaan pemerintah terhadap rakyat kecil. Ini adalah langkah progresif yang memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkualitas,” kata Eko.

Eko meminta agar kurikulum Sekolah Rakyat tidak boleh berhenti pada standar nasional saja, tetapi harus memiliki unsur plus yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis di setiap daerah. Salah satu elemen yang bisa dimasukkan adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan nyata.

“Kita harus berpikir ke depan. AI semakin lama semakin murah dan bisa diadaptasi untuk berbagai keperluan. Sekolah Rakyat bisa menjadi pelopor dalam mengajarkan bagaimana AI dapat dimanfaatkan untuk pertanian lokal, peternakan, perikanan lele, pemasaran produk, desain kreatif, dan berbagai bidang lainnya sesuai kebutuhan daerah masing-masing,” tambahnya.

Dengan pendekatan itu, Eko berharap lulusan Sekolah Rakyat tidak hanya memiliki pendidikan yang baik, tetapi juga keterampilan praktis yang langsung bisa diterapkan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan komunitas sekitarnya.

Secara terpisah, Dosen Magister Ekonomi Terapan Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko mengatakan, ide mengenai sekolah rakyat memang sangat baik untuk memutus rantai kemiskinan ke generasi berikutnya.

Sebab itu, kurikulumnya harus diarahkan untuk menghasilkan siswa yang terampil dalam bekerja.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.