
Keuangan Aman Jelang Lebaran, Berikut Tips Dari Dosen UGM
Dosen Departemen Ilmu Ekonomi-Fakultas Ekonmoika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto,
Foto: tangkapan layar Youtube UGMJAKARTA - Menjalani ibadah Ramadan yang berujung pada perayaan Idul Fitri menjadi momen istimewa yang dinanti oleh umat Islam. Momen istimewa inipun diiringi dengan meningkatnya berbagai kebutuhan belanja dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Karenanya setiap orang atau mahasiswa diharapkan mampu melakukan penyesuaian anggaran belanja dengan mengedepankan sikap kehati-hatian. Tingginya kebutuhan di bulan puasa dan lebaran mendorong banyak orang atau mahasiswa melakukan belanja di luar kendali.
Pengeluaran belanja yang meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya memerlukan sikap kehati-hatian. Tanpa adanya perencanaan dan kematangan maka soal belanja kebutuhan ini menjadi sangat impulsif.
Dosen Departemen Ilmu Ekonomi-Fakultas Ekonmoika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto, menjelaskan fenomena tersebut adalah hal yang wajar dari sisi agama dan sisi budaya. Hanya saja, diperlukan perencanaan yang baik agar keuangan tetap sehat sebelum dan setelah lebaran.
“Perlu dipikirkan secara sungguh-sungguh barang apa saja yang akan kita belanjakan dan sumber pendapatannya dari mana saja,” ujar Akbar, dalam laman resmi UGM yang diakses Sabtu (15/3).
Dia menjelaskan, dalam mengelola keuangan penting untuk memiliki perencanaan belanja dan mengatur skala prioritas. Sebelum merancang pengeluaran perlu melakukan skala kebutuhan yang sungguh diperlukan.
"Jika perlu membuat list kebutuhan yang urgent dan yang less urgent. Berapa kebutuhan, diurutkan dari yang paling wajib dibeli hingga yang bisa ditunda”, terangnya.
Akbar menjelaskan, kehadiran fitur pembayaran digital serta pay later menjadi salah satu faktor meningkatnya tindakan berbelanja. Kemudahan pembayaran tersebut pada akhirnya berujung pada perilaku impulsive buying.
Padahal, kata dia, dalam perencanaan keuangan menjelang lebaran ini juga mencakup pengeluaran yang dianjurkan oleh agama, yaitu bersedekah. Meski sedekah tidak bersifat wajib, bagi umat Islam diharapkan bisa mengalokasikan pengeluaran yang tidak krusial untuk sedekah.
"Karenanya jangan belanja ketika sedang lapar baik lapar fisik maupun lapar pikiran. Mencari promo itu tidak apa-apa, tetapi jika tidak butuh mengapa harus membeli?,” ujarnya.
Akbar menilai, merayakan lebaran identik dengan penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR). Tidak menutup kemungkinan dengan adanya THR ini bisa memunculkan tindakan penggunaan atau berbelanja untuk hal-hal yang relatif tidak krusial.
“Jangan sampai kita menggunakan tabungan untuk membeli hal-hal yang tidak mendesak karena sifat THR itu sebagai tunjangan untuk merayakan hari raya. Jadi, perlu berhati-hati untuk menghitung perencanaan keuangan,” ucapnya.
Redaktur: Sriyono
Penulis: Muhamad Ma'rup
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cuan Ekonomi Digital Besar, Setoran Pajak Tembus Rp1,22 Triliun per Februari
- 2 Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Puskesmas bisa Diakses Semua Warga
- 3 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 4 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 5 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
Berita Terkini
-
Sejumlah Musisi Tanah Air Meriahkan KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2025
-
Pengemudi Online Kerja di Dua Aplikasi Bisa Dapet BHR
-
Jaga Stamina Selama Ibadah Puasa, Dosen UGM Bagikan Tipsnya
-
QRIS Tap Bisa Dipakai Lewat wondr by BNI, Naik Transportasi Jadi Makin Mudah
-
THR Untuk Ojol Harus Diapresiasi dan Diawasi