104 Orang Tewas Akibat Banjir di Nepal Setelah Hujan Lebat Selama Dua Hari
Orang-orang berkumpul di tepi Sungai Bagmati saat banjir melanda setelah hujan lebat di Kathmandu, Nepal pada 28 September 2024.
Foto: AP/Gopen RaiKATHMANDU - Penduduk ibu kotaNepalyang dilanda banjir kembali ke rumah mereka yang berlumpur pada hari Minggu (29/9) untuk memeriksa puing-puing akibat banjir dahsyat yang telah menewaskan sedikitnya 104 orang di seluruh republik Himalaya itu.
Banjir dan tanah longsor akibat hujan lebat sering terjadi di Asia Selatan selama musim hujan mulai bulan Juni hingga September, namun para ahli mengatakan perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahannya.
Seluruh lingkungan di Kathmandu terendam banjir selama akhir pekan. Banjir bandang dilaporkan terjadi di sungai-sungai yang mengalir melalui ibu kota dan kerusakan parah pada jalan raya yang menghubungkan kota tersebut dengan seluruhNepal.
Kumar Tamang, yang tinggal di daerah kumuh di tepi sungai, mengatakan kepada AFP dia dan keluarganya harus mengungsi setelah karena air mengalir deras ke gubuknya.
"Pagi ini kami kembali dan semuanya tampak berbeda," kata pria berusia 40 tahun itu.
"Kami bahkan tidak bisa membuka pintu rumah kami, karena penuh lumpur," tambahnya. "Kemarin kami khawatir air akan membunuh kami, hari ini kami tidak punya air untuk membersihkan."
Kementerian Dalam Negeri Nepalmengatakan 104 orang tewas di seluruh negeri dan 64 orang lainnya masih hilang.
Juru bicara kementerian Rishi Ram Tiwari mengatakan kepada AFP, buldoser digunakan untuk membersihkan beberapa jalan raya yang tertutup puing-puing, sehingga memisahkan Kathmandu dari bagian lain negara itu.
"Lebih dari 3.000 orang telah diselamatkan," tambahnya.
Setidaknya 14 orang yang tewas berada di dalam dua bus dan terkubur hidup-hidup ketika tanah longsor menghantam jalan raya di selatan Kathmandu, kata kepala distrik Dhading Rajendra Dev Pandey kepada AFP.
Lembah tempat ibu kota berada mencatat curah hujan 240 milimeter (9,4 inci) dalam 24 jam hingga Sabtu pagi, menurut biro cuaca negara itu kepada surat kabar Kathmandu Post.
Laporan itu mengatakan, ini adalah curah hujan tertinggi yang pernah tercatat di ibu kota tersebut sejak setidaknya tahun 1970.
Air Setinggi Dada
Sungai Bagmati dan banyak anak sungainya yang membelah Kathmandu meluap, menggenangi rumah-rumah dan kendaraan di sekitarnya setelah tengah malam pada hari Sabtu.
Warga berjuang melewati air setinggi dada untuk mencapai dataran tinggi.
Lebih dari 3.000 personel keamanan dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan dengan helikopter dan perahu motor.
Tim penyelamat menggunakan rakit untuk menarik korban ke tempat aman.
Penerbangan domestik kembali beroperasi masuk dan keluar dari Kathmandu pada Minggu pagi setelah cuaca memaksa penghentian total sejak Jumat malam, dengan lebih dari 150 keberangkatan dibatalkan.
Musim panas membawa 70-80 persen curah hujan tahunan ke Asia Selatan.
Hujan muson yang turun dari bulan Juni hingga September membawa kematian dan kehancuran yang meluas setiap tahun di Asia Selatan, tetapi jumlah banjir dan tanah longsor yang fatal telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Para ahli mengatakan perubahan iklim telah memperburuk frekuensi dan intensitasnya.
Tanah longsor yang melanda jalan di distrik Chitwan pada bulan Juli mendorong dua bus berisi 59 penumpang ke sungai.
Tiga orang berhasil menyelamatkan diri, namun pihak berwenang hanya berhasil mengevakuasi 20 jenazah dari kecelakaan tersebut, karena derasnya banjir yang menghambat pencarian.
Lebih dari 260 orang tewas diNepalakibat bencana terkait hujan tahun ini.
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal