Serangan Udara Junta Kembali Tewaskan Puluhan Warga
Seorang pria yang kebingungan berdiri di antara puing-puing tempat tinggalnya yang hancur akibat serangan udara jet tempur junta Myanmar yang menyasar sebuah desa di Pulau Ramree di bagian barat Negara Bagian Rakhine pada Kamis (9/1).
Foto: AFP/Arakan ArmyYANGON - Serangan udara junta Myanmar menewaskan sedikitnya 40 orang di sebuah desa di negara bagian Rakhine barat, kata seorang petugas penyelamat dan kelompok bersenjata etnis minoritas kepada AFP pada Kamis (9/1).
Saat ini Tentara Arakan (AA) terlibat dalam pertempuran sengit dengan militer untuk menguasai Rakhine, tempat mereka telah merebut banyak wilayah dalam setahun terakhir, hingga menutup Ibu Kota Sittwe.
Konflik Rakhine merupakan salah satu unsur kekacauan berdarah yang melanda Myanmar sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi dalam kudeta tahun 2021, yang memicu pemberontakan bersenjata yang meluas.
Juru bicara AA, Khaing Thu Kha, mengatakan kepada AFP bahwa sebuah jet tempur junta militer telah mengebom Desa Kyauk Ni Maw di Pulau Ramree pada Rabu (8/1) siang, yang memicu kebakaran yang menghanguskan lebih dari 500 rumah.
“Menurut laporan awal, 40 warga sipil tak berdosa tewas dan 20 lainnya terluka,” kata petugas itu.
Seorang anggota tim penyelamat setempat yang kelompoknya membantu warga di daerah tersebut mengatakan kepada AFP bahwa 41 orang tewas dan 52 orang terluka.
"Saat ini, kami bahkan tidak memiliki cukup obat-obatan untuk merawat mereka karena sulit diperoleh," kata petugas penyelamat yang tidak mau disebutkan namanya demi melindungi keselamatan mereka.
Foto-foto setelah pengeboman menunjukkan penduduk yang kebingungan berjalan melewati reruntuhan yang hangus dan berasap, pohon-pohon kehilangan daunnya, dan bangunan-bangunan yang hanya tersisa beberapa bagian dinding.
AFP telah berupaya menghubungi junta untuk meminta komentar mengenai insiden tersebut, tetapi panggilan telepon tidak mendapat jawaban.
Prospek Suram
Pulau Ramree merupakan rumah bagi pelabuhan laut dalam yang direncanakan akan dibangun dengan dukungan Tiongkok, dan jika rampung akan berfungsi sebagai pintu gerbang Beijing ke Samudra Hindia, meskipun pembangunannya terhenti karena kerusuhan.
Militer tengah berjuang melawan pertentangan terhadap kekuasaannya di berbagai medan di seluruh negeri dan secara teratur dituduh menggunakan serangan udara dan artileri untuk menyerang masyarakat sipil.
Selain Pasukan Pertahanan Rakyat yang dipimpin pemuda yang muncul untuk menentang kudeta, militer juga memerangi sejumlah kelompok bersenjata minoritas etnis yang telah lama berdiri dan bersenjata lengkap, termasuk AA, yang menguasai sebagian besar wilayah di sepanjang perbatasan negara.
Pada November, Program Pembangunan PBB memperingatkan bahwa Rakhine sedang menuju bencana kelaparan karena pertempuran telah menekan perdagangan dan produksi pertanian. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu mengatakan bahwa lebih dari 3,5 juta orang telah mengungsi akibat konflik di Myanmar, yang artinya ada peningkatan 1,5 juta dari tahun lalu.
Prospek tahun mendatang suram, kata badan kemanusiaan PBB OCHA, dengan 19,9 juta orang atau lebih dari sepertiga populasi, kemungkinan membutuhkan bantuan pada tahun 2025. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 2 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 3 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 4 Basarnas evakuasi jenazah diduga WNA di tebing Uluwatu
- 5 Guru Besar UGM Sebut HMPV Tidak Berpotensi Jadi Pandemi, Ini Alasannya
Berita Terkini
- Anak-anak dan Lansia Perkuat Imun
- Kunjungan Menteri Kesehatan di RSUD Kalbar
- Pj Gubernur Kaltim Tegaskan Kaltim Siap Jadi Garda Terdepan Kemajuan Indonesia
- Lindungi Masyarakat, BPOM-Polri Perkuat Koordinasi Pemberantasan Kejahatan Obat dan Makanan
- Dirut RSPI Sulianti Suroso Sebut HMVP Bisa Sebabkan Kedaruratan Kesehatan Global