Pembelajaran “Coding” Sejak Kelas 4 Sekolah Dasar
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti.
Foto: ANTARA/Nova WahyudiJAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, pembelajaran coding akan diberikan sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Pernyataan tersebut menanggapi adanya kritik yang menyebutkan bahwa pembelajaran coding diberikan terlalu dini.
“Tapi ini pilihan dan itu tidak dari kelas 1 SD. Kita mulai dari SD mungkin mulai kelas 4, kelas 5, kelas 6, kemudian SMP,” ujar Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, dalam keterangan resminya, kemarin.
Dia memastikan, pembelajaran coding akan bersifat pilihan. Hal ini dilakukan karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas serta koneksi internet yang memadai untuk pembelajaran.
Mu’ti menyebut, sejumlah sekolah sebenarnya sudah ada yang menerapkan pembelajaran coding.
Dirinya terhadap masuknya coding sebagai mata pelajaran pilihan dapat membuat anak-anak Indonesia siap memasuki persaingan global.
“Dan ini tidak sama sekali baru. Di beberapa sekolah di Indonesia itu sekarang sudah ada coding dan artificial intelligence,” katanya.
Pembelajaran Matematika
Mu’ti mengungkapkan, selain pembelajaran coding , stigma terhadap matematika sebagai pembelajaran yang sulit dan menakutkan bagi murid harus dihapus. Guru matematika harus membuat metode pembelajaran yang menggembirakan.
“Kita harus mengubah pemikiran dan persepsi murid tentang matematika. Sejatinya semua ilmu penting dan berinteraksi dengan ilmu lainnya,” jelasnya.
Dia melanjutkan, matematika merupakan mata pelajaran penting dan menjadi interkoneksi terhadap ilmu pengetahuan lainnya. Menurutnya, matematika menjadi pemantik peserta didik untuk berlatih logika yang benar dan melahirkan pola berpikir yang baik.
“Kita harus mengenalkan matematika kepada peserta didik dengan menjelaskan arti penting matematika. Dengan begitu mereka dapat menyadari makna mendalam dari matematika dan dampaknya untuk masa depan,” ucapnya.
Mu’ti menyoroti pentingnya kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, matematika harus mulai dikenalkan kepada murid sejak masa Taman Kanak-kanak (TK).
“Mengajarkan matematika bukan berarti hanya belajar menghitung, namun juga melatih motorik untuk mencapai logika yang bagus,” tuturnya.
Oleh karena itu, Mu’ti mengajak setiap pihak, khususnya guru dan tenaga pendidik lainnya untuk mengubah pemikiran dan persepsi mengenai matematika karena sejatinya semua ilmu itu penting dan berinterelasi dengan ilmu lainnya.
Dengan demikian, ia pun berpesan kepada guru dan tenaga pendidik agar sudah seharusnya berinovasi dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut dengan menyenangkan.
Sementara itu, Psikolog yang juga dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra mengatakan kegiatan baca, tulis, dan hitung (calistung) di kalangan anak tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) harus dengan konsep bermain yang menyenangkan.
“Mengenalkan literasi dan math sebagai konsep yang ada di kehidupan dengan cara bermain misalnya sebenarnya tidak apa-apa,” katanya, kemarin.
Meski begitu, keahlian dan kepiawaian tenaga pengajar berperan penting bagi anak PAUD agar mereka tidak merasa bosan dan tertekan dengan pelajaran tersebut atau membuat mereka justru tidak gembira ketika datang ke sekolah.
“Saya khawatir ketika calistung yang dinarasikan, ketika kemampuan gurunya tidak cukup bagus. Maka menjadi fokus di belajar membaca matematika dan menulis yang diajarkan dengan cara yang kurang menarik sehingga justru membunuh rasa ingin tahu dan keinginan belajar,” ujar dia. ruf/S-2
Berita Trending
- 1 Hasil Survei SMRC Tunjukkan Elektabilitas Pramono-Rano Karno Melejit dan Sudah Menyalip RK-Suswono
- 2 Cagub DKI Pramono Targetkan Raih Suara di Atas 50 Persen di Jaksel saat Pilkada
- 3 Pelaku Pembobol Ruang Guru SMKN 12 Jakut Diburu Polisi
- 4 Panglima TNI Perintahkan Prajurit Berantas Judi “Online”
- 5 Tim Pemenangan Cagub dan Cawagub RIDO Akui Ada Persaingan Ketat di Jakut dan Jakbar