
Investor Global Berbalik Arah, Dana Asing Rp10,15 Triliun Keluar dari Pasar Domestik, Daya Tarik Melemah?
Petugas menghitung uang pecahan dollar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad AdimajaJAKARTA - Capital outflow adalah aliran modal keluar dari suatu negara ke negara lain dalam bentuk investasi, pembayaran utang, atau transfer aset keuangan.
Capital outflow bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti ketidakstabilan ekonomi, perubahan kebijakan pemerintah, atau peluang investasi yang lebih menarik di luar negeri.
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai sebesar Rp10,15 triliun pada pekan kedua bulan ini, yakni periode transaksi 10-13 Maret 2025.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Jumat (14/3), merinci bahwa jumlah tersebut terdiri atas modal asing keluar bersih di pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp1,92 triliun, Rp5,25 triliun dan Rp2,97 triliun.
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen hingga 13 Maret 2025, modal asing keluar bersih di pasar saham tercatat sebesar Rp22,21 triliun. Sedangkan modal asing masuk bersih di pasar SBN dan SRBI masing-masing sebesar Rp18,35 triliun dan Rp6,55 triliun.
Premi risiko investasi (credit default swaps/CDS) Indonesia 5 tahun tercatat naik dari 76,11 basis point (bps) per 7 Maret 2025 menjadi 80,07 bps per 13 Maret 2025.
Nilai tukar rupiah dibuka menguat di level Rp16.350 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (14/3), dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (13/3) di level Rp16.420 per dollar AS.
Adapun indeks dollar AS (DXY) tercatat melemah ke level 103,83 pada akhir perdagangan Kamis (13/3).
DXY merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan dollar AS terhadap enam mata uang negara utama antara lain euro, yen Jepang, pound Inggris, dollar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Imbal hasil atau yield SBN 10 tahun turun ke level 6,87 persen pada Jumat (14/3) pagi, dari sebelumnya 6,93 persen pada akhir perdagangan Kamis (13/3).
Sementara imbal hasil US Treasury Note 10 tahun turun ke level 4,268 persen pada akhir perdagangan Kamis (13/3).
Ramdan menyampaikan BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Berita Trending
- 1 Warga Jakarta Wajib Tau, Boleh Cek Kesehatan Gratis Kapan Saja
- 2 Mantap, Warga Jakarta Kini Boleh Cek Kesehatan Gratis Kapan Saja tanpa Harus Nunggu Hari Ulang Tahun
- 3 Mourinho Percaya Diri, Incar Kebangkitan Fenerbahce di Liga Europa Lawan Rangers
- 4 Kemdiktisaintek Luncurkan Hibah Penelitian Transisi Energi Indonesia-Australia
- 5 Brigade Beruang Amankan Pembalak Liar di Suaka Margasatwa Kerumutan
Berita Terkini
-
Tak Perlu Panik! Pemerintah Perkuat Stabilisasi Pangan Ramadhan
-
Stop Insiden Serupa! Menhub Ingatkan Pentingnya Kewaspadaan Risiko di Kereta
-
Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
-
PSU Pilkada di 24 Daerah Habiskan Rp719 Miliar, Pakar: Cerminan Buruknya Tata Kelola Pemilu di Indonesia
-
Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika