Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 10 Apr 2023, 19:24 WIB

Industri Tekstil: Sunset Industry?

Foto: Istimewa

Oleh: Dr. Y. Sri Susilo. Dosen FBE UAJY, Pengurus KADIN (Kamar Dagang dan Industri) DIY dan Pengurus API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia) DIY.

Industri tekstil modern Indonesia diawali dengan berdirinyaTextiel Inrichting Bandoeng(TIB) pada tahun 1922. Perjalanan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Nusantara telah mencapai satu abad pada tahun 2022. Seratus tahun perjalanan industri tersebut ditandai dengan berbagai tantangan, baik dari dalam dan luar negeri.

Untuk diketahui, sepuluh dekade tekstil Nusantara telah melahirkan sebuah resolusi. Resolusi termaksud adalah membangun kemandirian bahan baku domestik dan peta jalan (road map) industri TPT berkelanjutan. Kementerian Perindustrian RI (2023) juga telah menetapkan TPT menjadi salah satu industri andalan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Industri TPT diprioritaskan pengembangannya berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.

Kinerja Industri TPT

Kinerja industri TPT pada tahun 2022 masih menunjukan hasil yang baik di tengah tekanan krisis global. Nilai ekspor industri TPT mencapai USD13,83 miliar dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,65 juta orang atau 18,79 persen dari total pekerja industri manufaktur.. (Kementerian Perindustrian RI, 2023).

Dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB), industri TPT mengalami pertumbuhan 9,34 persen (year on year/yoy) dan berkontribusi sebesar 1,03 persen terhadap PDB nasional. Angka pertumbuhan 9,34 persen tersebut harus dimaknai dengan cermat dan hati-hati. Pertumbuhan tersebut dapat terjadi karena pada tahun sebelumnya masih dalam situasi pandemi Covid-19. Dalam kondisi pandemi menjadikan industri TPT tidak tumbuh dengan optimal.

Industri TPT merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berkontribusi pada produktivitas nasional serta penyerapan tenaga kerja. Di sisi lain, industri tersebut juga menghadapi beberapa kendala. Salah satu kendala termaksud adalah keterhubungan rantai pasok hulu dan hilir. Pasalnya, subsektor industri TPT telah memiliki struktur industri hulu hingga hilir yang lengkap namun belum saling terhubung, sehingga terjadi ketimpangan produktivitas

Selanjutnya Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), menyatakan ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina menghambat pertumbuhan industri TPT. Ekspor tidak bisa berjalan optimal karena sejumlah negara pasar utama mengalami stagflasi. Pemasaran produk di dalam negeri juga tidak maksimal karena harus bersaing dengan produk-produk tekstil impor dari sejumlah negara. Serbuan produk tekstil impor dari China, Bangladesh, Vietnam, dan India semakin masif. Di samping itu, masuknya pakaian bekas ilegal menjadikan produk tektil semakin terpuruk.

Gejolak perekonomian global menyebabkan pelemahan pada sisi permintaan, yang kemudian berimbas terhadap penurunan kinerja ekspor industri TPT. Kondisi tersebut menjadikan industri TPT harus mengurangi jumlah karyawannya. Data BPS (2022). menjelaskan terjadi penurunan pada jumlah tenaga kerja di industri TPT pada periode Agustus 2021 hingga Agustus 2022. Penurunan jumlah tenaga kerja pada 13 sub-sektor industri TPT. Dengan demikian telah terjadi penurunan tenaga kerja sebesar 1,13 juta menjadi 1,08 juta atau turun sekitar 50.000 orang.

Selanjutnya API (2023) mencatat sepanjang 2022 telah dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada lebih dari 60 ribu karyawan di industri TPT.Kondisi tersebut diperparah dengan menurunnya order sekitar 30-35 persen. Jika rata-rata order itu hanya 65 persen maka kapasitas produksi masih tersisa 35 persen atau beroperasi di bawah kapasitas.

Kinerja neraca perdagangan TPT pada tahun 2022 mengalami surplus sebesar USD3.71 miliar atau meningkat sebesar 3,34 persen dibandingkan periode sebelumnya (BPS, 2023). Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi negara tujuan utama ekspor produk TPT. Indonesia berpotensi menjadi pasar utama, basis produksi, dan pusat ekspor industri TPT dunia dengan memiliki banyak keunggulan. Seperti diketahui, memiliki pasar domestik yang sangat besar dengan jumlah penduduk mencapai 273 juta, bonus demografi yang meningkat secara signifikan, serta kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang relatif stabil.

Pasar ekspor produk TPT Indonesia memang tidak terlalu besar. Perbandingan dengan pasar domestik 30:70. Meskipun pangsanya kecil, namun pasar ekspor berpengaruh terhadap kinerja pelaku industri. Kondisi tersebut diperparah pasar domestik sedang lesu. Penyebabnya banyaknya produk TPT impor sehingga produk lokal tak mmapu bersaing.

Sunset Industry

Berdasarkan kondisi industri TPT saat ini, apakah industri tersebut telah memasuki era sunset industry? Menurut penulis tegas industri TPT belum memasuki atau belum menuju kategori sunset industry. Lebih tegasnya industri TPT tidak termasuk sunset industry. Pengertian sunset industry adalah industri yang mengalami kecenderungan penurunan yang terus menerus baik dalam produksi, eskpor dan penyerapan tenaga kerja dalam jangka menengah dan Panjang. Kebalikan dari sunset industry adalah sunrise industry. Dalam kasus industri TPT saat ini fenomena yang terjadi dikarenakan dampak perekonomian global.

Salah satu ciri sunset industry adalah tidak adanya inovasi dari industri tersebut. Sementara industri tersebut selalu mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0 sehingga bukan termasuk sunset industry. Produk TPT yang diproduksi selalu mengikuti trend, dari yang mahal hingga paling murah diupayakan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri TPT juga melakukan gebrakan dengan produk benang ramah lingkungan akan berperan besar terhadap masa depan usaha serta keberlanjutan lingkungan hidup.

Untuk diketahui revolusi industri 4.0 akan mengakibatkan industri terbagi dalam dua kelompok, yaitu sunrise dan sunset industry (Riyadi, 2018). Sunset industry adalah bisnis yang tidak sesuai dengan revolusi industri keempat atau usaha-usaha yang bisa digusur oleh teknologi industri 4.0. Adapun sunrise industry adalah usaha bisnis yang mampu berdaptasi dan sesuai dengan revolusi industri 4.0.

Sekali lagi TPT bukanlah masuk kategori sunset industry karena manusia akan selalu membutuhkan pakaian atau sandang sepanjang hidupnya. Sandang adalah kebutuhan pokok kedua manusia setelah pangan. Seperti diketahui, disamping kebutuhan pangan (primer) dan sandang (sekunder) manusia juiga membutuhkan papan sebagai kebutuhan tersier.

Agar tidak terjerumus menuju sunset industry maka industri TPT harus beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Adaptasi tersebut sekaligus dibarengi dengan kreatifitas dan inovasi untuk mengembangkan produk TPT. Upaya tersebut dapat mendorong kenaikan permintaan produk TPT sebelum permintaan produk TPT mengalami penurunan permintaan karena kejenuhan konsumen. Dengan kata lain, menurunnya permintaan produk dalam siklus hidup produk (product life cycle) dapat dicegah melalui penerapan industri 4.0.

Catatan Penutup

Industri TPT bukanlah sunset industry namun industri TPT harus segera beradaptasi dan menerapkan industri 4.0 agar tidak terjerumus ke dalam sunset industry. Adapatasi termaksud dapat dilakukan dengan penggunaan mesin produksi, pemasaran dan promosi, serta administrasi yang menggunakan system dan teknologi informasi terkini, termasuk artificial intelligence (AI). Jika perusahaan dalam industri TPT tidak menerapkan industri 4.0, maka dipastikan akan terjerumus masuk ke dalam sunset industry.

Industri TPT saat ini sudah mulai mengurangi jam kerja, mengurangi karyawan, bahkan terjadi PHK. Oleh karena itu, perlu segera dipikirkan jalan keluar untuk meminimalkan dampak krisis ekonomi global. Pemerintah diharapkan segera melakukan intervensi untuk mengamankan pasar domestik melalui pengetatan izin impor dan tidak memberikan izin importasi untuk produk TPT yang sudah diproduksi di dalam negeri.

Tantangan industri TPT ke depan semakin besar dengan adanya kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) sehingga perlu bersiap diri meningkatkan daya saing dan efisiensinya. Industri TPT juga perlu mempersiapkan diri menghadapi penerapan pajak karbon yang saat ini masih dalam pembahasan teknis.

Redaktur: Eko S

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.