Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 10 Mar 2025, 01:00 WIB

Ekonomi Global Belum Pulih Sepenuhnya Pasca Pandemi Covid

Petugas kesehatan berjalan di pusat pengujian Covid-19 di Bandara Internasional Incheon, Seoul, beberapa waktu lalu.

Foto: AFP/Jung Yeon-je

JENEWA - Lima tahun setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) pertama kali menggambarkan wabah Covid-19 sebagai pandemi, namun dampaknya masih terasa pada ekonomi global hingga saat ini.

Dikutip dari The Straits Times, Covid-19 dan berbagai upaya untuk mengatasinya memicu rekor utang pemerintah, menghantam pasar tenaga kerja, dan mengubah perilaku konsumen. Ketimpangan meningkat, sementara pekerjaan jarak jauh, pembayaran digital, dan perubahan pola perjalanan masih terjadi.

Meskipun guncangan langsungnya telah berlalu, warisan Covid-19 terus membentuk kembali ekonomi dan pasar global. 

Setelah negara-negara meminjam uang untuk melindungi kesejahteraan dan mata pencaharian, utang pemerintah global telah meningkat sebesar 12 poin persentase sejak tahun 2020, dengan peningkatan yang lebih tajam terlihat di pasar negara berkembang. 

Pandemi memicu inflasi tingkat tinggi, yang terbukti menjadi perhatian utama dalam pemilu AS 2024. Didorong oleh pengeluaran pasca-lockdown, paket stimulus pemerintah, dan kekurangan tenaga kerja dan bahan baku, inflasi mencapai puncaknya di banyak negara pada tahun 2022.

Untuk mengimbangi kenaikan harga, bank sentral menaikkan suku bunga, meskipun intensitas intervensi mereka sangat bervariasi.

Peringkat kredit negara, yang mencerminkan kemampuan suatu negara untuk membayar kembali utangnya, turun karena ekonomi ditutup dan pemerintah mengambil sejumlah besar utang tambahan untuk menutupi lubang yang tersisa dalam keuangan publik.

Data dari Fitch Ratings menunjukkan skor kredit kedaulatan global rata-rata masih seperempat tingkat lebih rendah dibandingkan saat pandemi dimulai, mencerminkan tantangan keuangan yang diperburuk oleh pandemi, inflasi, dan kondisi keuangan yang lebih ketat.    

Untuk negara-negara pasar berkembang yang kurang kaya, rata-ratanya tetap sekitar setengah tingkat lebih rendah. 

Peringkat kredit yang lebih rendah umumnya berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi di pasar modal internasional.  

Menurut Bank Dunia, pandemi ini menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan, dengan rumah tangga miskin dan perempuan menjadi yang paling terkena dampak.

Ketika karantina wilayah dilonggarkan, ketenagakerjaan kembali bergairah tetapi dengan peralihan yang cukup besar ke sektor-sektor seperti perhotelan dan logistik karena berkembangnya sektor pengiriman ritel.  

Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja menurun pada tahun 2020, sebagian besar disebabkan oleh kelebihan representasi perempuan di sektor-sektor yang terdampak keras seperti akomodasi, layanan makanan, dan manufaktur, serta beban mengasuh anak-anak yang tidak bersekolah.

Dunia Digital

Tren konsumen baru berkembang selama pembatasan sosial global, karena konsumen yang berdiam di rumah sering kali tidak punya pilihan lain selain berbelanja daring. Hal ini menyebabkan peningkatan pembelian daring sejak 2020 yang kemudian stabil.

Para analis mengatakan bahwa di Eropa, peningkatan penjualan daring disertai dengan peningkatan ruang penjualan karena pengecer berinvestasi pada toko fisik untuk merangsang penjualan daring dan luring.

Luas ruang, diukur dalam meter persegi, naik hampir 1 persen dari tahun 2022 ke tahun 2023, suatu peningkatan yang diperkirakan akan meningkat hingga 2,7 persen pada tahun 2028, menurut data dari perusahaan riset pasar Euromonitor. 

Saham di perusahaan digital dan pengiriman memimpin kenaikan selama pandemi, bersama dengan saham perusahaan farmasi pembuat vaksin.

Lima tahun kemudian, beberapa perusahaan yang memperoleh keuntungan di era pandemi telah kehilangan sebagian besar daya tariknya, tetapi yang lain telah menikmati keuntungan yang bertahan lama karena pasar baru yang dimungkinkan oleh peralihan digital telah terbuka.

Meskipun beberapa gelembung meletus dan bursa kripto FTX runtuh, yang membuat industri terguncang, nilai Bitcoin telah meningkat sebesar 1.233 persen sejak Desember 2019, karena orang-orang mencari peluang investasi baru untuk mengurangi risiko volatilitas pasar.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.