Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Menjaga ‘Gipsi Laut’ Indonesia, Perlu Kebijakan Berbeda dari Masyarakat Adat Lain

Foto : The Conversation/Wengky Ariando

Aktivitas Bajau Lohoa yang sedang mencari ikan di perairan Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

A   A   A   Pengaturan Font

Keberadaan gipsi laut yakni suku Laut di Kepulauan Riau dan masyarakat Bajau di Sulawesi Tenggara telah memperkaya keanekaragaman genetika manusia Indonesia.

Wengky Ariando, Chulalongkorn University dan Dedi Supriadi Adhuri, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Kaum gipsi laut merupakan masyarakat adat maritim yang termasuk dalam rumpun Austronesia - nenek moyang masyarakat Indonesia di berbagai wilayah. Saat ini, ada dua kelompok yang termasuk dalam gipsi laut: Orang Suku Laut yang hidup di perairan sebelah barat tanah air, dan masyarakat Bajau yang hidup di Indonesia bagian tengah hingga timur.

Keberadaan dua kelompok ini telah memperkaya keanekaragaman genetika manusia Indonesia. Misalnya, suku Bajau sebagai ahli menyelam bebas mempunyai ukuran limpa (getah bening) yang lebih besar dari orang yang tinggal di darat. Perbedaan ini adalah hasil adaptasi yang digunakan untuk bertahan hidup.

Gipsi laut juga memiliki kekayaan adat tersendiri, misalnya alat penangkapan ikan tradisional berupa panah (Pana') dan kacamata selam (Cerumeng) khas suku Bajau. Sedangkan Orang Suku Laut memiliki teknik tombak ikan yang disebut serampang dan perangkap ikan tradisional.

Kearifan lokal turut melingkupi kemampuan membaca bintang dan navigasi, ramalan cuaca, desain bangunan, tanggap bencana, dan konservasi perairan yang sangat bermanfaat bagi kelestarian laut dan pesisir.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top