Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Menjaga ‘Gipsi Laut’ Indonesia, Perlu Kebijakan Berbeda dari Masyarakat Adat Lain

Foto : The Conversation/Wengky Ariando

Aktivitas Bajau Lohoa yang sedang mencari ikan di perairan Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

A   A   A   Pengaturan Font

Sejak 2018, kami melakukan penelitian dengan mengamati dinamika kaum gipsi laut, berbincang dengan warga setempat, dan melakukan studi berbagai dokumen. Kami menemukan kekayaan ini tengah terdegradasi dengan cepat karena persinggungan gipsi laut dengan peradaban modern. Sejumlah orang gipsi laut bahkan terlibat dalam praktik perikanan yang merusak.

Pola permukiman gipsi laut saat ini

Penelitian yang kami lakukan saat ini mengelompokan gipsi laut di Indonesia menjadi tiga berdasarkan tempat tinggalnya: 1) kelompok yang masih berpindah dan tinggal di rumah perahu 2) kelompok yang sudah menetap di suatu rumah di atas air 3) kelompok yang sudah sepenuhnya tinggal menetap di suatu daratan atau pulau-pulau kecil. Perubahan ini berimplikasi pada cara hidup, mata pencaharian, atau sistem sosial budaya mereka.

Warga gipsi laut yang masih tinggal di rumah perahu memiliki budaya maritim lebih 'kental' ketimbang mereka yang sudah menetap di perkampungan baik di atas air maupun yang sudah di daratan. Dibandingkan warga permukiman di atas air, gipsi laut yang tinggal di daratan mengalami degradasi kebudayaan maritim yang paling cepat.

Pola permukiman ini diperkirakan akan terus berubah sesuai dengan laju pertumbuhan populasi, dinamika di internal kelompok, maupun pengaruh dari luar. Kami menduga pola hidup ini akan cenderung bergerak ke budaya yang berorientasi darat.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top