Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 20 Mar 2025, 01:05 WIB

Konsumsi Makanan Lokal Mendorong Efisiensi Anggaran

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal

Foto: ANTARA /HO-Pribadi Rinna

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan perlunya konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA) sebagai salah satu strategi utama menjaga ketahanan pangan dan kualitas gizi masyarakat Indonesia.

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal dalam keterangan di Jakarta, Rabu (19/3) mengatakan penganekaragaman konsumsi pangan menjadi pilar penting dalam upaya menjaga ketahanan pangan dan kualitas gizi masyarakat Indonesia.

Dia menyampaikan, salah satu kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah adalah melalui Perpres Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.

“Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekitar, masyarakat dapat memperoleh akses yang lebih mudah dan luas terhadap pangan sehat, sekaligus meningkatkan perputaran roda ekonomi regional,“ kata Rinna.

Dia mengakui, bahwa tantangan dalam mengubah pola konsumsi masyarakat diakui masih cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang lebih intensif dengan pendekatan yang menarik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Sosialisasi pola konsumsi B2SA melalui program B2SA Goes to School serta Desa B2SA dan Rumah Pangan B2SA menjadi beberapa opsi yang diambil Bapanas untuk mengenalkan pola makan sehat sejak dini serta mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam mengonsumsi pangan lokal.

Bapanas tahun ini berkomitmen mengembangkan Desa B2SA dan memperluas cakupan Rumah Pangan B2SA sebagai langkah strategis dalam mendorong penganekaragaman konsumsi pangan. Program Desa B2SA sendiri akan menyasar 809 lokasi di 50 kabupaten/kota.

Sementara Rumah Pangan B2SA akan dilaksanakan menggunakan dana dekonsentrasi untuk 47 lokasi di seluruh Indonesia. Adapun lokasi yang dipilih merupakan prioritas utama dalam upaya penanganan daerah rentan rawan pangan, sejalan dengan visi pemerataan akses pangan B2SA bagi seluruh masyarakat.

Kebijakan penganekaragaman pangan tidak hanya berfokus pada aspek konsumsi, tetapi juga pada penguatan sistem logistik.

Makanan Lokal

Dosen Magister Ekonomi Terapan Unika Atma Jaya YB. Suhartoko yang diminta tanggapannya mengatakan Indonesia dengan berbagai kondisi kesuburan tanah dan budaya makanan antar pulau tentu saja menghasilkan beragam jenis makanan, sehingga sangat baik mengkonsumsi makanan berbahan baku lokal dan tidak mengkonsumsi makanan yang seragam seperti beras.

“Sebaiknya mulai dilakukan kebijakan terutama makanan pokok berbasis lokal. Kembali ke makanan pokok jagung, singkong, sagu, umbi umbian. Agar menarik perlu dikembangkan cara pengolahan dan sajian makanannya,” kata Suhartoko.

Menurut dia, penggunaan pangan lokal akan mendorong terjadinya efisiensi sehingga harga menjadi lebih murah, karena biaya logistik dan transportasi bisa ditekan.

“Sekali lagi, keinginan penggunaan bahan lokal bukan sekedar pembicaraan yang cepat berlalu namun butuh kemauan politik yang disertai tindakan nyata demi ketahanan pangan,”tegasnya.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.