Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 19 Des 2024, 23:28 WIB

Keren Program Ini, Sleman Cegah Perilaku Menyimpang Remaja Melalui Geber Penak

Sekda Kabupaten Sleman Susmiarto menberikan arahan pada kegiatan Geber Penak 2024, di Museum Candi Prambanan, Kamis (19/12/2024).

Foto: ANTARA/HO-Bagian Prokopim Setda Sleman

Sleman- Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan pencegahan perilaku menyimpang bagi remaja melalui Gerakan Bersama Perlindungan Anak (Geber Penak) 2024.

Kegiatan yang berlangsung di Museum Candi Prambanan, Sleman, Kamis, diikuti oleh 270 peserta dari unsur pelajar SMP/SMA di Kapanewon (Kecamatan) Prambanan, Kalasan, dan Berbah, serta forum anak.

Kegiatan ini diisi dengan kegiatan talkshow bertajuk perilaku menyimpang remaja dengan fokus salah satu penyebab yaitu masalah kesehatan mental.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Susmiarto mengatakan bahwa program Geber Penak ini merupakan upaya dari pemerintah untuk menjadikan Sleman sebagai wilayah ramah anak.

"Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman seperti Geber Penak ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan baik fisik maupun mental yang menyasar anak-anak dan remaja di wilayah Kabupaten Sleman," katanya.

Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sleman terus menggalakkan beberapa program untuk mewujudkan Kabupaten Sleman yang sehat lahir batin, maju, unggul, dan berprestasi.

"Berbagai program sudah dilaksanakan seperti pencegahan stunting, bina keluarga balita, bina keluarga remaja, hingga bina keluarga lansia dengan

Temuan Dinas P3AP2KB dari masing-masing 50 sampel peserta didik di enam sekolah setingkat SMP dan SMA yang tersebar di Kapanewon Berbah, Mlati, Moyudan, Tempel, dan Moyudan ada bermacam kenakalan remaja yang berhasil diidentifikasi dan ditindaklanjuti.

"Jenis kenakalannya antara lain merokok, minum minuman beralkohol, kekerasan di jalan, balap liar, vandalisme, perundungan, sampai pornografi dan judi online," katanya.

Menurut dia, temuan tersebut ditindaklanjuti dengan langkah kuratif dan rehabilitatif melalui pendampingan guru BK, pendampingan psikolog dari puskesmas, sampai membawa siswa ke Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja.

"Temuan itu juga mendapatkan kesimpulan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja adalah tidak adanya komunikasi yang berkualitas antara orang tua dengan anaknya," kata dia.

Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Sleman Wildan Solichin mengatakan bahwa perilaku menyimpang pada remaja memerlukan perhatian dari segala pihak baik dari pihak sekolah maupun orang tua.

"Perlu adanya bimbingan dan pendekatan terhadap orang tua terkait perlunya membangun parenting yang efektif dan berkualitas," katanya.

Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga dan Pencegahan Stunting BKKBN DIY Mustikaningtyas mengatakan remaja sering berada dalam emosi yang tidak stabil. Hal ini disebabkan remaja dalam masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

"Remaja sering mengalami beberapa tekanan mental seperti tekanan sosial, akademik, dan emosional. Hal ini jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi faktor remaja untuk melakukan kegiatan menyimpang," katanya.

Menurut dia, gangguan kesehatan mental yang diderita remaja didominasi oleh faktor cemas dan depresi. Cemas dan depresi akan berbeda penampakannya ketika dialami oleh remaja dibandingkan dengan orang tua.

"Remaja yang mengalami cemas dan depresi akan menampakkan perilaku tidak nyaman atau sensitif. Perilaku tidak nyaman atau sensitif yang dialami bisa terjadi didominasi oleh hormon remaja tersebut," katanya.

Tyas mengatakan kondisi ini perlu mendapatkan perlakuan khusus seperti membangun mental remaja yang tangguh.

"Contohnya ketika dimarahi orang tua, remaja cenderung berani menjawab. Untuk kondisi seperti ini sebaiknya remaja dianjurkan untuk menenangkan diri terlebih dahulu kemudian memberikan respons yang lebih baik lagi," katanya.

Ia juga menyarankan remaja harus mempunyai keterampilan fisik. WHO merekomendasikan minimal tiga hari dalam seminggu dengan durasi satu jam melakukan aktivitas fisik untuk menaikkan denyut jantung.

"Hindari atau kurangi perilaku malas gerak atau mager, hendaknya melakukan olahraga seperti lari, gym, atau pilates yang memacu denyut jantung," katanya.

Tyas merekomendasikan remaja untuk menguasai keterampilan bersosialisasi dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan sesuai agama yang dianut.

"Dengan begitu diharapkan remaja mempunyai mental yang tangguh untuk mencegah perilaku yang menyimpang karena kesehatan mental," katanya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.