Pengamat: RI Punya Posisi Strategis di ASEAN, Bisa Bantu Mediasi Konflik Myanmar
KORAN-JAKARTA.COM | Senin, 30 Jun 2025, 11:04 WIBJAKARTA-Permintaan dari Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim kepada Presiden Prabowo Subianto agar RI membantu meredam konflik di Myanmar menggambarkan RI memiliki posisi penting, strategis dan diperhitungkan di kawasan.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Bina Nusantara (Binus) Malang, Frederik M. Gasa mengatakan, Indonesia bagi PM Anwar, punya positioning strategis di kawasan Asia Tenggara. Tidak bisa dipingkiri bahwa jika dalam konteks regional Asia Tenggara, Indonesia cukup memiliki taring dan mendapat respect yang baik dari negara-negara lain yang ada di kawasan yang sama.

Ket. Pengamat Komunikasi Politik Universitas Bina Nusantara (Binus) Malang, Frederik M Gasa
"Prinsip non blok yang dipegang teguh Indonesia hingga saat ini, tentu sangat merepresentasikan sikap Indonesia yang selalu berada di tengah dan tidak mau terlibat dalam konflik yang terjadi antara dua atau lebih negara. Ini jadi modal,"ucap Frederik dari Malang, (29/6).
Seandainya RI benar menjadi mediator, menurut Frederik, ini sangat fair dan tanpa tendensi apapun semata karena ingin mencapai semangat kita diawal bahwa segala bentuk pertikaian atau peperangan tidak bisa ditolerir. Sehingga atas nama pemenuhan perdamaian, kehadiran Indonesia bisa jadi salah satu alternatif solusi untuk mengurangi eskalasi konflik di Myanmar.
Dari perspektif lain lanjutnya, Indonesia perlu untuk lebih hati-hati dalam merespon proposal PM Anwar karena justru akan jadi bumerang bagi kita. Kembali kepada prinsip non blok kita yang sudah final, maka konsekuensinya adalah kita perlu menghormati segala sesuatu yang terjadi di negara manapun, termasuk yang ada di kawasan.
Dia berujar, dalam proses mediasi misalnya, RI tidak perlu terlalu ikut dalam konflik yang terjadi. Justru hal yang paling mungkin dilakukan adalah mendorong agar lembaga internasional, ASEAN atau bahkan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) untuk lebih aktif dalam menghentikan konflik yang twrjadi di Myanmar.
Anda mungkin tertarik:
"Barangkali, kondisi di Indonesia yang saat ini 'adem ayem' , jauh dari konflik (terutama konflik dengan negara lain) perlu disadari adalah buah dari betapa kuatnya kita memegang teguh prinsip non blok ini,"ungkapnya
Diketahui, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim meminta bantuan Presiden Prabowo Subianto untuk mengerahkan intelijen dan kemampuan militer Indonesia dalam menjembatani kelompok-kelompok yang berkonflik di Myanmar agar mereka dapat bertemu dan berdialog.
Perang saudara di Myanmar merupakan salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan empat mata antara Presiden Prabowo dan PM Anwar dalam rangkaian kunjungan kerja PM Anwar di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat. Isu tersebut juga menjadi salah satu perhatian ASEAN, yang sejak 1 Januari 2025 dipimpin oleh Malaysia.
"Saya meminta bantuan Bapak Presiden untuk menggunakan segala kapasitas militer maupun intelijen, bukan dalam bentuk serangan, tetapi untuk berdialog dan menjembatani kesepahaman di antara kelompok-kelompok di Myanmar,” kata PM Anwar saat menyampaikan pernyataan pers bersama dengan Presiden Prabowo di Ruang Kredensial, Istana Merdeka, Jumat sore, selepas pertemuan empat mata.
RI Punya Pengalaman
Indonesia papar dia memiliki pengalaman dan sejarah panjang yang dapat membantu meredakan konflik dan mengurangi ketegangan perang saudara di Myanmar. “Mengenai Myanmar, saya mengucapkan terima kasih atas keterlibatan Indonesia yang mendukung upaya penyelesaian damai,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengungkap keprihatinan Indonesia dan Malaysia terhadap konflik di perbatasan Thailand dan Kamboja. “Kita merasa perlu mendekati dua negara agar ketegangan dapat diredakan,” katanya.
Indonesia, menurut dia, juga konsisten mendukung Malaysia saat negaranya itu pada tahun ini memimpin ASEAN. “Saat Indonesia memimpin ASEAN, Malaysia memberikan dukungan penuh dan kini, ketika Malaysia memegang giliran kepemimpinan, Indonesia melalui Presiden, Menteri Luar Negeri, dan para menteri lainnya memberikan kerja sama yang luar biasa. Ini memungkinkan kita menyelenggarakan pertemuan ASEAN bersama mitra seperti GCC dan Tiongkok dengan sukses,” kata PM Anwar.
Berkaitan dengan harapan Anwar Ibrahim itu, Presiden Prabowo langsung memanggil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) M. Herindra yang pada kesempatan yang sama turut hadir di Istana Merdeka.
Presiden kemudian terlihat berbicara dengan Herindra dan kemudian pembicaraan itu menjadi tiga arah antara Presiden Prabowo, PM Anwar, dan Kepala BIN. Herindra, selepas menerima instruksi dari Presiden Prabowo dan mendengar pembicaraan PM Anwar, terlihat menyatakan kesiapannya.
Tren Saat Ini
Realtime






