Sampah Pangan Bisa Bernilai Ekonomi Sebelum Dibuang! Begini Kata Arief Prasetyo Adi
KORAN-JAKARTA.COM | Selasa, 24 Jun 2025, 14:35 WIBJakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa sampah pangan sebenarnya memiliki nilai ekonomi asalkan dimanfaatkan sebelum akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Manfaatkanlah sisa pangan untuk mengurangi kerugian besar akibat food loss dan food waste.
“Makanya kita reduce sama-sama, nggak bisa sendiri… Yang harus kita lakukan sebelum jadi sampah pangan kita harus bisa manfaatkan,” jelas Arief saat meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Citra Sinergi Peduli di Megamendung, Bogor .
Arief menegaskan bahwa pengurangan sampah pangan bukan tanggung jawab salah satu pihak saja, melainkan kerjasama berbagai elemen masyarakat dan pemerintah daerah. Tahapan pembuangannya sebaiknya menjadi jalan terakhir dalam piramida pengelolaan sampah pangan nasional.
“Kalau plastik dan organik itu dipilah sejak awal. Yang plastik buat apa, yang organik buat apa... Penanganannya terakhir dibuang ke TPA, itu terakhir,” ucapnya.
Pemanfaatan Sampah Organik dan Non-Organik
Arief menggambarkan beberapa peluang konversi sampah menjadi nilai ekonomi:
* Organik (sisa makanan) dapat diolah menjadi kompos atau pakan maggot.
* Minyak jelantah bisa dikumpulkan dan diolah kembali.
* Plastik dan anorganik, dikumpulkan untuk didaur ulang, menciptakan peluang pendapatan tambahan.
Menurutnya, nilai ekonomi dari bahan-bahan tersebut perlu diperkenalkan kepada publik untuk meningkatkan kesadaran dan praktik pemilahan rumah tangga.
Dampak Ekonomi Sampah Pangan: Rp551 Triliun per Tahun
Direktur Kewaspadaan Pangan Bapanas, Nita Yulianis, menyebutkan bahwa kerugian ekonomi akibat sampah pangan di Indonesia diperkirakan mencapai Rp551 triliun per tahun, setara 4–5?persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara.
Data tunjukkan bahwa volume pangan terbuang mencapai 23–48 juta ton per tahun, atau hampir 115–184 kg per kapita. Dampak bukan hanya finansial, tapi juga lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca dan kehilangan pemenuhan nutrisi bagi jutaan orang.
Gerakan Selamatkan Pangan dan Kolaborasi Multi-Sektor
Sejak 2022, Bapanas telah menggulirkan Gerakan Selamatkan Pangan (GSP). Aksi ini melibatkan kolaborasi:
* Akademisi
* Pelaku bisnis & ritel
* Pemerintah daerah
* Media
* Lembaga nirlaba
Tujuannya: mengurangi sisa pangan melalui penyaluran, edukasi, dan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Nita juga mengingatkan bahwa sektor seperti pariwisata memiliki peran besar dalam implementasi pengurangan sampah pangan, demi mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Arief menekankan pentingnya membangun budaya memilah dan memanfaatkan sampah sejak awal, “Kalau plastik itu ada pengumpulnya, minyak jelantah ada pengumpulnya. Dan itu masih jadi uang lagi loh,” imbuhnya, menunjukkan bahwa sampah memiliki potensi ekonomi.
Tren Saat Ini
Realtime






