Dokter Rehab Medik Menyarankan Latihan Batuk Efektif saat Pemulihan TBC
- Tuberkulosis
JAKARTA– Ketua KSM Rehabilitasi Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Dr. dr. Siti Chandra Widjanantie Sp.KFR mengatakan rehabilitasi pada saat pemulihan tuberkulosis (TBC) bisa dilakukan dengan melakukan latihan batuk efektif.

Ket. Ilustrasi - Petugas kesehatan menunjukkan hasil rongtsen toraks paru saat pelaksanaan layanan keliling deteksi tuberkulosis (TBC) di UPT Pukesmas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (1/12/2023).
Doc: ANTARA
“Jadi, batuk efektif adalah membatukkan dengan metode huff cough, supaya mengeluarkan dulu naik ke atas, disapu dengan aliran udara, baru terakhir akan dibatukkan dengan kuat (cough). Kita mengenal itu, dari rehabilitasi sebagai batuk efektif,” kata Siti dalam webinar memperingati Hari Tuberkolosis, Selasa (25/3).
Latihan batuk efektif meliputi komponen organ seperti otot yang kuat untuk kontraksi, tarik napas dan buang napas, dan diafragma untuk mengeluarkan udara keluar. Latihan ini perlu dilakukan berulang supaya yang membuat gatal, iritasi atau lendir yang menempel di saluran pernapasan bisa keluar.
Siti mengatakan kemampuan membersihkan jalan napas ini sangat menentukan dari fungsi respirasi.
Batuk yang terus menerus karena ada iritasi di saluran napas sampai ke lumbung paru sampai jaringan paru, sehingga mengganggu mengeluarkan dahak dan metabolik yang ada dari infeksi TBC. Jika pasien bisa batuk dengan efisien, bisa memperbaiki jalur napas yang teriritasi.
“Kalau penumpuk jadi sesak, pengembangan paru juga bisa nggak optimal karena adanya proses infeksi, sehingga stiffening atau fibrosis itu menyebabkan jaringannya susah mengembang, pasiennya juga oksigenasinya kurang, jadi cepat lelah dan kualitasnya juga akan terganggu,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Siti mengatakan dokter dari rehabilitasi medik akan membantu pasien mengatur pernapasan agar paru-paru lebih rileks, mencari posisi nyaman, mengontrol napas supaya batuknya tidak terus menerus, dan membantu mengembangkan paru jika pasien sesak.
Ia juga mengajarkan pada pasien TBC untuk bisa mengontrol batuk, jika tidak perlu batuk maka pasien harus bisa menahan batuknya dengan menekan refleks batuk, namun jika batuk ingin mengeluarkan dahak maka seefisien mungkin untuk menarik dahak keluar dan dibatukkan dengan kekuatan coughing.
“Diharapkan pasien akan bisa mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan lebih optimal, karena keluhan ini muncul dari mulai saat pasien sedang menjalani tata laksana terapi sampai dengan pasien terapi, dan batuk ini mungkin dianggap biasa saja, tapi makin ke depan tentunya akan sangat mengganggu,” kata Siti.