Iklan — Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Resensi Film Dokumenter Netflix, Downfall: The Case Against Boeing 2022, Usut Tuntas Penyebab Kecelakaan Lion Air JT-610

KORAN-JAKARTA.COM | Jumat, 15 Apr 2022, 13:30 WIB
iklan kopi jjroyal sidebar

Film Dokumenter 'Downfall: The Case Against Boeing' rilis pada tahun 2022, disutradarai oleh Rory Kennedy dan ditulis oleh Marx Bailey, bersama Keven McAlester.

Pada awal film menceritakan tentang seorang jurnalis dari The Wall Street Journal bernama Andi Pastor. Ia terkesan dengan pencapaian boeing, hingga berhasil menjual lebih dari 10.000 pesawat yang tersebar di seluruh dunia.

Resensi Film Dokumenter Netflix, Downfall: The Case Against Boeing 2022, Usut Tuntas Penyebab Kecelakaan Lion Air JT-610 Doc: Netflix

Ket. Documentary, Downfall: The Case Against Boeing 2022

Awal tahun 2018 merupakan periode teraman penerbangan komersial dalam sejarah. Tidak ada tanda-tanda kasus kecelakaan, termasuk pada tahun-tahun sebelumnya sampai suatu ketika pada tanggal 29 Oktober 2018 di Jakarta Indonesia.

Sebuah pesawat Boeing terjatuh di laut Jawa, setelah lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta. Kecelakaan itu menewaskan sebanyak 189 kru dan penumpang. Pesawat itu dipiloti oleh seorang pria bernama Bhave Suneja, yang berasal dari India, bersama Harvino asal Indonesia.

Garima Sethi, istri pilot tersebut menceritakan sesaat sebelum suaminya bekerja. Pagi itu, Garima membuatkan sarapan untuk suaminya dan mempersiapkan segala keperluannya. Tepat sebelum matahari terbit, Bhave sudah berangkat ke bandara dan akan menelpon istrinya ketika sudah sampai di kota tujuan.

Beberapa jam kemudian, telepon berdering, kali ini bukan dari suaminya, melainkan rekan kerja dari suaminya. Garima mendapatkan kabar, bahwa pesawat yang dipiloti suaminya hilang kontak di laut jawa. Sebuah laporan berita mengabarkan, pesawat Boeing Lion Air JT-610, dinyatakan jatuh di laut jawa setelah beberapa menit lepas landas.

Berita ini kemudian menyebar ke seluruh dunia. Keluarga korban langsung memadati bandara untuk memastikan dan mendapatkan informasi terbaru tentang nasib dari keluarganya. Akhirnya, setelah pencarian yang panjang, pesawat itu ditemukan sudah hancur berkeping-keping.

Sebelum kotak hitam ditemukan, semua hanya bisa berspekulasi, berita yang membuat kecelakaan ini hanya bisa saling menyalahkan, yakni kesalahan maskapai, pilot, bahkan negara, tetapi tidak ada yang menyalahkan pesawatnya.

Setelah kotak hitam diambil datanya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa kegagalan pada sensor pesawat. Hal ini menyebabkan data yang dikirim sensor, dengan yang diterima pilot tidak sesuai, sesuai ketinggian pesawat, dan kecepatan pesawat, tidaklah sesuai dengan yang sebenarnya.

Sensor yang error ini lah yang menyebabkan pesawat otomatis mengarah ke bawah, dan kejadian ini terus berulang kali. Pilot dan Kopilot berusaha semaksimal mungkin mengambil alih pesawat, tetapi tetap saja, pesawat tidak bisa dikendalikan.

Dari pernyataan Boeing, pihaknya hanya memberikan pernyataan belasungkawa terhadap para korbannya. Denis Muilenburg, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Direktur, memberikan sebuah pernyataan kontroversial. Dirinya mengatakan bahwa pilot Amerika Serikat tidak akan mengalami masalah seperti itu, dan pesawat Indonesia tidak menjalankan prosedur yang berlangsung, yang secara tidak langsung, menyalahkan pilot dan kru pesawat.

Andi kemudian bertanya, tentang desain dari Boeing 737 Max yang digunakan Lion Air dan bagaimana sensor yang rusak membuat pergerakan pesawat menjadi seperti itu. Sampai pada akhirnya, pada 10 November 2018, pihak Boeing merilis pernyataan bahwa pesawat Lion Air mengalami masalah kegagalan MCAS.

MCAS atau Manuver Characteristic Augmentation System merupakan sebuah sistem yang bekerja secara otomatis, meski pesawat terbang secara manual oleh pilot. MCAS ini sebenarnya bisa dimatikan oleh pilot jika tidak dibutuhkan. Dalam kasus ini, sensor MCAS mengalami malfungsi beberapa kali. Setiap kali sensor itu mendeteksi sudut terbang terlalu besar, otomatis menurunkan hidung pesawat.

Kronologi Kecelakaan Lion Air, Berdasarkan Kotak Hitam

Pertama, Bhave Suneja merupakan seorang pilot yang lahir di New Delhi India berusia 31 tahun dan memiliki pengalaman 6000 jam terbang. Lulus dari sekolah pilot di Bel-Air International di California, Amerika Serikat. Hal ini sangat kontras dengan pernyataan dari perusahaan Boeing yang mengatakan pilot Amerika Serikat tidak mungkin mengalami kejadian ini, hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan Boeing melakukan rasis.

Kedua, pesawat yang jatuh merupakan jenis Boeing 737 Max 8, yang merupakan upgrade dari seri sebelumnya yaitu Boeing 737. Pesawat ini dibekali dengan kemampuan vertical take-off hampir 90 derajat dan upgrade lainnya.

Yang ketiga, penyebab kecelakaan yang terjadi adalah akibat adanya satu sistem yang rusak, yang menyebabkan pesawat susah dikendalikan. Salah satu direksi Boeing yang sudah sangat senior mengatakan pihaknya tidak pernah memberitahu pilot mengenai MCAS, tidak pernah menjelaskan, tidak pernah ada pelatihan, dan sistem itu tidak tertulis di manual book boeing 737 Max. Pihak Boeing menyangkal ini sebagai bentuk kelalaian, dan membuat semua pilot yang ada di dunia marah besar.

Empat minggu setelah kecelakaan, akhirnya pihak Boeing menghadiri Serikat Pilot yang berbasis di Amerika Serikat. Pihaknya mengatakan akan memperbaiki sensor ini dalam enam minggu kedepan. Serikat pilot, meminta untuk melarang pesawat ini beroperasi selama sensor ini belum beres. Tetapi, lagi-lagi pihak Boeing menolaknya dengan alasan belum ada bukti bahwa MCAS merupakan satu-satunya penyebab kecelakaan pesawat, maka, Boeing 737 ini dinyatakan aman dan tetap beroperasi.

Kemudian pada tanggal 10 Maret 2019, 19 minggu setelah kecelakaan Lion Air, dunia penerbangan kembali dikejutkan dengan adanya kecelakaan pesawat kembali yang melibatkan jenis Boeing 737 Max. Kejadian ini terjadi di Ethiopia yang melibatkan maskapai Ethiopian Airlines, dengan nomor penerbangan ET302.

Pesawat ini jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Addis Ababa ibukota Ethiopia, yang menukik dengan kecepatan lebih dari 900 kilometer per jam, menghantam daratan, dan membuat pesawat hancur berkeping-keping.

Kecelakaan itu merenggut sebanyak 157 nyawa dan tidak ada satupun jasad yang bisa diidentifikasi. Kasus kecelakaan ini menjadi perhatian dunia.Dalam waktu lima bulan, pesawat dengan kondisi baru, dan jenis yang sama, jatuh di situasi yang sama, yaitu beberapa menit setelah lepas landas, dan dalam kondisi yang cerah.

FAA atau Federal Aviation Administration, merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas keamanan penerbangan di Amerika Serikat, belum juga mengambil tindakan karena masih menunggu data lebih lanjut. Yang menjadi pertanyaan atas semua permasalahan ini adalah, perusahaan Boeing ada di Amerika, FAA ada di Amerika, dan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pihak-pihak tersebut?

Sehari setelah kecelakaan, Cina secara sepihak, melarang pesawat ini beroperasi dan hal ini kemudian diikuti oleh negara-negara lain. Langkah tegas ini kemudian diambil oleh Presiden Donald Trump yang menjabat saat itu, dengan melarang Boeing 737 Max beroperasi.

Para keluarga korban Ethiopian Airlines kemudian berdemo, menuntut atas Boeing bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa anggota keluarganya. Tetapi lagi-lagi, pihak Boeing menyalahkan pilot dan kru pesawat dengan mengatakan mereka tidak menjalankan argumen yang sama pada kecelakaan Lion Air.

Dari kedua kejadian ini didapatkan data bahwa, pertama, pilot Lion Air tidak tahu adanya sistem MCAS, kedua, pilot Ethiopian Airlines yang sudah diberi arahan tentang MCAS dan sudah menjalankan prosedur, tetapi tetap mengalami kecelakaan.

Pada akhir film dokumenter ini menceritakan perjalanan perusahaan Boeing dan masa kejayaannya, hingga menurunkan kualitas demi merenggut keuntungan yang banyak. Film ini juga menceritakan dalang yang menyebabkan peristiwa kecelakaan yang merenggut ratusan nyawa.

">

Like, Comment, or Share:

Tren Saat Ini
Realtime
Ads
Berita Terkait

Swiatek Singkirkan Bencic, Tantang Anisimova di Final Wimbledon

Jumat, 11-Jul-2025 | Benny Mudesta Putra

Olahraga Swiatek Singkirkan Bencic, ...

Anggota DPR: RUU Perlindungan Konsumen Buat Ekosistem Usaha Adil

Jumat, 11-Jul-2025 | Bambang Wijanarko

Nasional Anggota DPR: RUU Perlindung...

Tokoh Agama Berpengaruh Besar Tingkatkan CKG di Pelosok Merauke

Jumat, 11-Jul-2025 | Bambang Wijanarko

Daerah Tokoh Agama Berpengaruh Bes...

BMKG: Wilayah RI Didominasi Hujan Ringan pada Jumat

Jumat, 11-Jul-2025 | Bambang Wijanarko

Nasional BMKG: Wilayah RI Didominasi...
Video Pilihan
Mentan Turun Tangan, Kios Nakal Penjual Pupuk di Lumajang Langsung Ditutup