Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Yenny Wahid: Satu Abad NU Harus Relevan dengan Perkembangan Zaman

Foto : ANTARA/Bambang Dwi Marwoto

Ketua Pelaksana Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) Yenny Wahid (kiri) mendampingi Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar (kanan) saat hadir dalam acara Jamuan Makan Malam Peserta Porseni NU di Pura Mangkunegaran Solo, Minggu (15/1/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Perkembangan NU satu abad harus relevan dengan perkembangan zaman dan harus mampu menunjukkan eksistensi sebagai organisasi keagamaan yang melayani masyarakat.

Solo - Ketua Pelaksana Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), Yenny Wahid menyatakan perkembangan NU yang telah menginjak satu abad harus relevan dengan perkembangan zaman dan ke depan harus mampu menunjukkan eksistensi sebagai organisasi keagamaan yang melayani masyarakat.

Menurut Yenny, NU sekarang harus lebih merumuskan lagi perannya agar relevan dengan perkembangan zaman. Nu ke depan sebagai sebuah organisasi agar bisa tetap melayani masyarakat dan jamaahnya.

"NU juga harus memberikan kontribusi positif, baik bagi perkembangan bangsa maupun dunia, sehingga dengan momentum satu abad NU ini mengusung tema teknologi yang diselenggarakan di Malang, Jawa Timur," kata Yenny Wahid usai menghadiri acara jamuan makan malam peserta Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) NU di Pura Mangkunegaran Solo, Minggu malam.

Hal tersebut, kata Yenny, termasuk memberikan pelatihan di bidang digital, pendampingan start-up baru dan parahackerjuga difasilitasi dengan hal positif, karena menatap masa depan teknologi menjadi bagian utama dari dunia digital.

Oleh karena itu, NU masa depan merupakan organisasi modern berbasis keagamaan. Dengan dasar yang kuat, sehingga mampu memberikan kontribusi positif membangun bangsa Indonesia.

Sementara itu, Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) NU menjadi simbol dari kebangkitan Bangsa Indonesia. Karena, sebuah bangsa yang besar merupakan bangsa yang dapat mengekspresikan melalui olahraga.

Menurut Yenny, Porseni NU menjadi simbol masyarakat Muslim di Indonesia sudah beranjak keluar dari persoalan sandang, pangan, papan. Artinya, sekarang sudah memikirkan tentang aktualisasi diri.

Olahraga tersebut menjadi simbol dari kebangkitan sebuah negara. Kalau sebuah bangsa bisa mengekspresikan dirinya atau masyarakatnya melalui olahraga, artinya sebetulnya persoalan-persoalan kesejahteraan yang paling dasar sudah selesai.

Masyarakat misalnya, tidak ada yang kelaparan, hal ini sudah terbukti. Indonesia secara ekonomi memang per kapita sudah meningkat jauh. Pendapatan negara meningkat jauh dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini.

Dahulu pendapatan Indonesia sekitar 100 miliar dolar AS dan sekarang 1,3 triliun dolar AS. Jadi, secara pendapatan Indonesia sudah masuk kategori negara dengan ekonomi besar atau nomor 16 dunia. Biasanya, masyarakatnya ingin punya sarana untuk aktualisasi diri dan olahraga menjadi satu ajang sarana itu.

"Kami makin bisa memfasilitasi mengekspresikan ini, makin banyak mekanisme yang positif yang bisa dipakai. Kami berharap dari anak-anak santri ini ada bibit-bibit atlet andal," kata Yenny.

Menurut Yenny, ke depan bukan hanya atlet yang secara fisik kuat, otot-otot bagus, juga mempunyai keterampilan yang memadahi. Tapi, kalau mereka dasarnya santri, dia mempunyai karakter yang baik dan punya jiwa akhlakul karimah.

"Kami berharap dapat menemukan bibit-bibit baru atau menjadi awal kebangkitan olahraga di NU setelah ada liga santri," kata Yenny.

Yenny mengakui sebagai Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia menyampaikan atlet-atletnya kelas dunia menang dalam kejuaraan dunia memecahkan rekor dunia dan banyak anak dari NU. Jadi, sebetulnya sudah ada bibit-bibit itu. Tapi, di pesantren belum dilombakan, karena belum dikenal olahraga itu. Nanti ada partisipasi panjat tebing, salah satunya dalam acara pembukaan.

Ke depan olahraga yang lebih merakyat dan mudah diakses, misalnya sepak bola, bola voli dan lain sebagainya bisa terus menjaring atlet-atlet baru, terutama dari kalangan pondok pesantren.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top