
Suriah Segera Susun Deklarasi Konstitusional Transisi
Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa
Foto: AFP/SANADAMASKUS - Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengumumkan pada Minggu (2/3) pembentukan komite untuk menyusun deklarasi konstitusional bagi transisi negara tersebut, setelah penggulingan penguasa lama, Bashar al-Assad.
Pemerintah baru tersebut berfokus pada pembangunan kembali Suriah dan lembaga-lembaganya setelah Assad digulingkan pada 8 Desember lalu, yang mengakhiri lebih dari setengah abad pemerintahan tangan besi keluarganya dan 13 tahun perang yang menghancurkan.
“Kantor Kepresidenan Suriah telah mengumumkan pembentukan komite ahli yang bertugas menyusun deklarasi konstitusional yang mengatur fase transisi di Suriah. Komite yang beranggotakan tujuh orang nantinya tersebut akan menyerahkan usulannya kepada presiden,” kata kantor Kepresidenan Suriah dalam sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan jangka waktunya.
Pada akhir Januari lalu, Sharaa menjanjikan sebuah deklarasi konstitusional yang akan berfungsi sebagai rujukan hukum selama masa transisi negara tersebut.
Pengumuman pada Minggu tersebut disampaikan berdasarkan aspirasi rakyat Suriah dalam membangun negara mereka berdasarkan supremasi hukum, dan berdasarkan hasil konferensi dialog nasional Suriah, kata Kantor Kepresidenan Suriah.
“Pengumuman tersebut juga disampaikan dengan tujuan untuk menyiapkan kerangka hukum yang mengatur fase transisi,” imbuh kantor itu.
Jalan Baru
Terkait pengumuman ini, sebuah konferensi dialog nasional akan diselenggarakan pekan ini di Damaskus menetapkan jalan bagi Suriah yang baru.
Komite tersebut meliputi Abdul Hamid al-Awak, yang meraih gelar doktor dalam hukum tata negara dan mengajar di sebuah universitas di Turki, dan Yasser al-Huwaish, yang diangkat tahun ini sebagai dekan fakultas hukum Universitas Damaskus.
Komite ini juga mencakup Bahia Mardini, seorang jurnalis dengan gelar doktor hukum yang telah tinggal di Inggris, satu dari dua perempuan di panel tersebut, dan Ismail al-Khalfan, yang memegang gelar doktor hukum dengan spesialisasi hukum internasional, dan yang tahun ini diangkat menjadi dekan fakultas hukum di Universitas Aleppo.
Anggota komite lainnya, Mohammed Reda Jalkhi, memegang gelar doktor hukum dengan spesialisasi hukum internasional dari universitas Idlib, tempat dia lulus pada 2023.
Pernyataan terakhir dari konferensi dialog pekan ini menyerukan sebuah komite konstitusi untuk menyiapkan rancangan konstitusi permanen bagi negara yang mencapai keseimbangan antara otoritas, menetapkan nilai-nilai keadilan, kebebasan dan kesetaraan, dan membangun negara hukum dan kelembagaan.
Konflik Suriah pecah pada 2011 setelah Assad secara brutal menekan protes antipemerintah. Konflik tersebut berubah menjadi konflik kompleks yang telah menewaskan lebih dari 500.000 orang, membuat jutaan orang lainnya mengungsi di dalam dan luar negeri dan menghancurkan sektor ekonomi, infrastruktur, dan industri.
Pada Desember, pemerintahan sementara ditunjuk untuk memimpin negara itu hingga 1 Maret, saat pemerintahan baru akan dibentuk. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 3 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 4 Negara-negara Gagal Pecahkan Kebuntuan soal Tenggat Waktu Laporan Ikim PBB
- 5 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
Berita Terkini
-
Siti Fauziah Harap DWP Setjen MPR Terus Kembangkan Potensi
-
Ibas Minta Kepala Daerah Perkuat Kolaborasi untuk Kemajuan Indonesia dan Kepentingan Rakyat
-
Pimpinan MPR Dukung Kolaborasi IFC dan Pertamina Hulu Energi untuk Kembangkan Model Bisnis CCS
-
Toleransi antarumat beragama
-
Banjir bandang Puncak Bogor