Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 30 Nov 2024, 11:10 WIB

Puluhan Juta Orang Pindah ke Bluesky, Apa Bedanya dengan X?

Bluesky sangat mirip dengan X, yang membuatnya mudah untuk beradaptasi.

Foto: Bluesky/Viva Tung/CNET
     

  Jean Burgess, Queensland University of Technology

Sejak Elon Musk membeli Twitter (sekarang bernama X) pada 2022, banyak pengguna yang kecewa mencari platform media sosial alternatif. Platform seperti Threads dari Meta, proyek open-source Mastodon, dan Bluesky muncul sebagai  kandidat pengganti.

Namun, masing-masing platform punya tantangan. Threads, meski didukung basis pengguna Meta yang sudah ada, tidak berhasil mencuri minat publik. Sedangkan Mastodon dinilai terlalu rumit bagi pengguna awam yang membuatnya jadi sepi peminat. Bluesky tampak paling menjanjikan walaupun semula tumbuh lambat karena hanya tersedia dalam mode undangan.

Namun, dalam beberapa minggu terakhir, migrasi besar-besaran (khususnya di Amerika Serikat) pengguna X ke Bluesky terjadi. Hal ini kemungkinan disebabkan atas kekecewaan terhadap budaya toksik dan manajemen X yang dirasakan publik sudah memuncak. Terutama setelah pemilu presiden AS baru-baru ini, di mana Musk diduga memanipulasi algoritma X untuk kepentingan pribadinya.

Saat Bluesky akhirnya membuka akses publik, platform ini mencatat lonjakan signifikan hingga mencapai lebih dari 20 juta pengguna, dan terus meningkat.

Banyak yang menyebut, Bluesky sebagai “Twitter di masa awalnya” – tempat yang terasa lebih santai, eksperimental, dan ramah untuk berbagi pengalaman pribadi, atau untuk terhubung dengan teman maupun kolega.

Apa bedanya dengan X?

Sekilas, Bluesky terlihat sangat mirip dengan X. Ikon kupu-kupu birunya mengingatkan pada logo Twitter sebelum diganti Musk dengan logo X hitam-putih.

Bluesky menggunakan tagar dan pengguna menyapa satu sama lain menggunakan simbol @. Fitur balasan, kutipan, dan repost bekerja dengan cara serupa X. Barangkali kesamaan inilah yang membuat Bluesky lebih populer dibandingkan platform terdesentralisasi lain seperti Mastodon.

Namun, ada beberapa fitur unik yang membuatnya menarik. Bluesky memiliki banyak fitur yang membuat pengguna bisa mengontrol pengalaman mereka berselancar dan membentuk budaya platform secara keseluruhan.

Pengguna dapat membuat berbagai feed khusus berdasarkan minat dan hubungan pribadi, lalu membagikannya secara publik. Fitur ini menjaga pengguna terpapar pengaruh algoritma terpusat dan lebih bebas dalam mengontrol konten yang mereka lihat.

Bluesky juga menawarkan “starter packs” – daftar akun yang disarankan berdasarkan topik, minat, atau lokasi. Starter pack ini dapat mempermudah pengguna baru menemukan akun unik yang relevan untuk diikuti. Pendekatan ini lebih ramah dibandingkan pendekatan algoritma yang dominan di platform lain.

Selain itu, pengguna dapat mengatur daftar kata kunci untuk menyaring konten tertentu dan mengontrol siapa saja yang bisa berinteraksi dengan mereka. Fitur ini membantu mengurangi risiko ujaran kebencian, perundungan, dan pelecehan.

Meski begitu, para kritikus berpendapat bahwa kontrol pengguna seperti ini berpotensi menciptakan “echo chambers” sehingga pertukaran pandangan yang berbeda di ruang publik menjadi terbatas. Namun, seperti yang saya kemukakan sebelumnya, ruang publik yang dikuasai oleh seorang miliarder dan tanpa kontrol yang sehat juga tidak bisa menghadirkan partisipasi yang setara.

Mengusung konsep desentralisasi

Bluesky yang dipimpin oleh salah satu pendiri dan mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, pertama kali muncul pada tahun 2019 sebagai proyek eksperimen Twitter.

Tujuannya adalah mengimplementasikan protokol terdesentralisasi untuk media sosial - sebuah sistem yang mencegah kontrol penuh oleh satu organisasi dan memungkinkan pengembang atau pengguna untuk membangun fitur di atasnya.  Protokol ini juga membantu Twitter terhubung dengan platform dan layanan terdesentralisasi lainnya seperti Mastodon.

Meski akhirnya berdiri sendiri sebagai proyek mandiri dan kemudian menjadi perusahaan independen (Dorsey tidak lagi terlibat), ada perdebatan tentang sejauh mana Bluesky benar-benar terdesentralisasi.

Bluesky menggunakan AT Protocol (ATP) miliknya sendiri, bukan protokol ActivityPub yang biasa digunakan di “fedisphere” media sosial terdesentralisasi.

Pilihan ini memunculkan kritik bahwa Bluesky kurang terhubung dengan platform serupa sehingga butuh “jembatan” untuk menghubungkannya dengan platform lain.

Meski begitu, Bluesky menawarkan opsi untuk meng-host akun di server pribadi yang menjadikannya lebih mandiri jika perusahaan induknya berhenti beroperasi.

Ini merupakan pergeseran besar dari model sebuah perusahaan yang memiliki semua server, mengendalikan semua algoritma, dan membuat semua aturan, sehingga fase berikutnya dari perkembangan Bluesky akan sangat bergantung pada tindakan para penggunanya.

Langit cerah untuk masa depan Bluesky?

Seiring pesatnya pertumbuhan Bluesky muncul berbagai pertanyaan. Bisakah tim kecil yang mengandalkan moderasi konten berbasis komunitas ini menangani berbagai ancaman seperti serangan bot politik atau konten pelecehan anak? Mampukah mereka bertanggung jawab jika ada penyebaran informasi yang salah dan berbahaya atau manipulasi opini politik?  

Perusahaan ini sudah menginvestasikan banyak upaya dalam keamanan dan moderasi konten, tetapi upaya ini tentu harus terus ditingkatkan seiring meningkatnya popularitas Bluesky.

Dari segi pendanaan, Bluesky didukung oleh investor kripto yang condong ke arah libertarian. Perusahaan ini sudah menyatakan tidak akan menggunakan iklan sebagai model bisnis. Mereka akan mempertimbangkan layanan berbayar sebagai sumber pendapatan alternatif. Namun, keberlanjutan model ini masih harus dibuktikan.

Pertumbuhan juga akan menarik perhatian lebih dari pemerintah. Misalnya, jika pengguna Bluesky di Uni Eropa mencapai lebih dari 45 juta, platform ini akan dikategorikan sebagai “platform daring sangat besar”, yang berarti harus menghadapi pengawasan regulasi lebih ketat.

Selain itu, pertanyaan terbesarnya adalah: apakah “Xodus” atau antusiasme terhadap Bluesky hanya bersifat sementara atau dapat berkembang menjadi komunitas yang dinamis.

Mungkin kita tidak pernah membayangkan pengganti Twitter di masa kejayaannya, dan pemikiran tersebut wajar. Selama ada interoperabilitas antar platform dan ruang untuk bertukar ide secara sehat, mungkin lebih baik jika kita tidak lagi menaruh semua “telur biru kecil” kita dalam satu keranjang.The Conversation

Jean Burgess, Distinguished Professor of Digital Media, Queensland University of Technology

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Redaktur: -

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.