
Panas, Jepang Siapkan Rudal Jarak Jauh untuk Menyerang Korea Utara dan Tiongkok
Kapal induk AS dan kapal perusak rudal AS dan Jepang berlayar dalam latihan bilateral pada tahun 2024. Rudal yang direncanakan sebagai bagian dari 'kemampuan serangan balik', seiring meningkatnya kekhawatiran atas pakta keamanan AS
Foto: IstimewaTOKYO - Jepang baru-baru ini berencana untuk menyebarkan rudal jarak jauh di pulau selatan Kyushu di tengah kekhawatiran seputar sikap pemerintahan Trump terhadap pakta keamanannya dan ketegangan regional yang terus berlanjut.
Dari The Guardian, rudal-rudal tersebut, dengan jangkauan sekitar 1.000 kilometer, akan mampu mengenai sasaran di Korea Utara dan wilayah pesisir Tiongkok, dan akan dikerahkan tahun depan di dua pangkalan dengan garnisun rudal yang ada. Rudal-rudal tersebut akan memperkuat pertahanan gugus pulau Okinawa yang penting secara strategis dan merupakan bagian dari pengembangan "kemampuan serangan balik" Jepang jika diserang, menurut laporan dari kantor berita Kyodo, yang mengutip sumber-sumber pemerintah.
Penempatan rudal jarak jauh di kepulauan Okinawa, yang membentang hingga 110 km dari Taiwan, tidak mungkin terjadi, untuk menghindari provokasi Tiongkok . Kepulauan tersebut sudah menampung sejumlah baterai rudal dengan jarak tempuh yang lebih pendek.
"Karena ancaman dari Tiongkok dan Korea Utara terus meningkat, wajar saja jika Jepang harus menangkalnya dengan sistem persenjataan yang lebih efektif," kata Yoichi Shimada, profesor emeritus di Universitas Prefektur Fukui. "Saya pikir Jepang harus segera mengambil langkah-langkah seperti penempatan rudal jarak jauh untuk mengembangkan keamanan yang lebih tangguh."
Pada tanggal 6 Maret, Presiden AS, Donald Trump , mengeluh bahwa perjanjian keamanan Jepang-AS tidak bersifat timbal balik: “Kami memiliki hubungan yang baik dengan Jepang, tetapi kami memiliki kesepakatan yang menarik dengan Jepang bahwa kami harus melindungi mereka, tetapi mereka tidak harus melindungi kami,” seraya menambahkan, “Begitulah isi kesepakatan itu … dan omong-omong, mereka menghasilkan banyak uang dari kami secara ekonomi. Saya sebenarnya bertanya siapa yang membuat kesepakatan ini?”
Perjanjian ini pertama kali ditandatangani pada tahun 1951, saat Jepang masih diduduki oleh pasukan AS. Kemampuan Jepang untuk melakukan tindakan militer dibatasi oleh pasal 9 konstitusi pasifisnya, yang secara efektif dipaksakan oleh Washington setelah perang dunia kedua.
Shimada yakin bahwa “tindakan proaktif” seperti meningkatkan sistem misilnya akan memperkuat hubungan AS-Jepang, dan bahwa “tuntutan dari pemerintahan Trump untuk pengaturan pertahanan timbal balik dengan Jepang bukanlah hal yang tidak masuk akal”.
Namun, pernyataan Trump terhadap sekutu dan sesama anggota NATO, termasuk Kanada dan Denmark, membuat beberapa pihak di Jepang khawatir tentang komitmen pemerintahannya untuk menghormati perjanjian lama, menurut Robert Dujarric dari Universitas Temple di Tokyo.
"Jelas bagi siapa pun yang mengamati ini dengan saksama bahwa aliansi AS-Jepang sedang dalam kondisi buruk," kata Dujarric. "Bahkan jika Tiongkok menyerang Jepang, tidak ada jaminan bahwa AS di bawah Trump akan melakukan apa pun. Itu masalah besar."
Dua pangkalan pasukan pertahanan diri darat (GSDF) tengah dipertimbangkan untuk rudal baru tersebut, yaitu Kamp Yufuin di Oita dan Kamp Kengun di Kumamoto, keduanya di Kyushu dan sudah menjadi tempat penyimpanan baterai rudal. Sistem persenjataan baru tersebut dilaporkan merupakan versi terbaru dari rudal berpemandu darat-ke-kapal Tipe-12 milik GSDF.
“Ini hanyalah sebagian dari peningkatan bertahap dalam kapasitas militer Jepang,” kata Dujarric, yang meyakini negara itu “perlu memikirkan kembali kebijakan keamanannya” mengingat perubahan lanskap geopolitik.
Meskipun hal tersebut sebagian besar dianggap tabu dalam 80 tahun sejak pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, jika Jepang merasa tidak dapat lagi bergantung pada dukungan militer AS, hal tersebut akan “memicu perdebatan tentang apakah akan memperoleh senjata nuklir”, saran Dujarric.
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Negara Paling Aktif dalam Penggunaan Energi Terbarukan
- 2 Pemko Pekanbaru Tetap Pantau Kebutuhan Warga Terdampak Banjir
- 3 Empat Kecamatan Dilanda Banjir, Pemkab Kapuas Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana
- 4 Wakil Ketua DPR lepas 100 bus Mudik Basamo ke Sumbar
- 5 Produktivitas RI 10 Persen di Bawah Rata-Rata Negara ASEAN
Berita Terkini
-
Beras Bulog Mesti Berkualitas, Hak Konsumen Wajib Dijaga
-
Transportasi dan Infrastruktur Makin Berkembang, ASDP-KSP Perkuat Proyek Nasional
-
Antisipasi Dini Bencana Selama Musim Mudik Lebaran, Kemen PU Siapkan DRU untuk Respon Cepat
-
Revisi UU TNI Berpotensi Ganggu Kebebasan Akademik
-
Kemenkum dan Kemenbud Resmikan Kerja Sama Lindungi KI