
Kemenkes Siapkan AI untuk Deteksi Dini TBC
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin (kiri) usai menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan perusahaan teknologi Qure.ai, di Jakarta, pekan lalu.
Foto: Foto istimewaJAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan kecerdasan buatan atau AI untuk mempercepat deteksi dini Tuberkulosis (TBC). Untuk merealisasikan hal tersebut pihaknya telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan perusahaan teknologi Qure.ai.
"Langkah ini merupakan bagian dari transformasi digital sektor kesehatan guna meningkatkan efisiensi layanan dan mempercepat diagnosis," ujar Budi, usai penandatangan MoU, di Jakarta, pekan lalu.
Dia menjelaskan pemanfaatan AI dalam TBC nantinya akan dilakukan dalam pencitraan sinar-X dada. Menurutnya, pemanfaatan AI dalam sistem kesehatan dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Tidak hanya bagi pasien, tapi juga bagi tenaga medis.
"Dengan inovasi ini, pasien akan mendapatkan layanan yang lebih cepat, sementara tenaga medis dapat lebih fokus pada perawatan dan pengobatan," jelasnya.
Budi mengungkapkan, teknologi ini juga akan meningkatkan efisiensi pelayanan radiologi dengan mengurangi ketergantungan pada film sinar-X fisik. Selain itu, penyimpanan dan distribusi data medis akan lebih praktis dan terstruktur.
Dia melanjutkan, sebagai tahap awal, pihaknya akan mengimplementasikan proyek percontohan (pilot project) di RS Fatmawati dan RS Pusat Otak Nasional (RSPON). Jika proyek ini berhasil, teknologi AI dari Qure.ai akan diperluas ke lebih banyak fasilitas kesehatan yang ditunjuk di seluruh Indonesia.
"Kerja sama ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam mempercepat eliminasi TBC dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia," tuturnya.
Secara terpisah, Guru Besar dalam Bidang Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yanri Wijayanti Subronto, mengatakan, TBC masih merupakan masalah dalam klinis medis, kesehatan masyarakat, dan sistem Kesehatan. TBC juga menjadi kemanusiaan karena masih adanya stigma dan marjinalisasi pada penderitanya.
“Sudah saatnya kita lebih toleran, lebih tidak menghakimi, dan dapat memberikan layanan dengan pikiran dan hati yang terbuka,” terangnya.
Dia menyebut, tidak semua orang yang terinfeksi bakteri Tuberkulosis (TBC) akan secara otomatis menderita sakit TBC. Mayoritas orang terinfeksi dapat membersihkan infeksinya sendiri.
"Namun salah satu tantangan utama dalam penanggulangan TBC adalah dalam hal diagnosis infeksi dan penyakit TBC," katanya.
Redaktur: Sriyono
Penulis: Muhamad Ma'rup
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 PTN Dukung Efisiensi Anggaran dengan Syarat Tak Ganggu Layanan Tri Darma Perguruan Tinggi
- 2 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 3 Polri, BGN, dan Yayasan Kemala Bhayangkari Uji Coba Dua SPPG di Jakarta
- 4 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
- 5 Persik Takluk oleh Dewa United dengan Skor 1-2
Berita Terkini
-
Lazio Merangsek ke Peringkat Empat Usai Permalukan AC Milan di San Siro
-
Dirut Pertamina: Pertamina Terus Berkomitmen Layani Masyarakat
-
Kalau Ada Masalah Pertamina Laporkan ke 081417081945
-
Cadangan Melimpah, Bulog Laporkan Stok Beras Hampir 2 Juta Ton
-
Hasil Drawing Perempat Final Piala FA: Manchester City Ditantang Bournemouth