
Kemenhut: Keberadaan Macan Tutul Jawa Ditemukan di Enam Bentang Alam
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko
Foto: antara fotoJAKARTA – Fakta menggembirakan terkait ppopulasi macan tutul Jawa terungkap. Survei populasi macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang dilakukan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) berkolaborasi dengan Yayasan SINTAS Indonesia menemukan keberadaan mereka di enam bentang alam dari tujuh yang sudah dianalisis.
Dalam acara "Catatan Separuh Langkah Java-wide Leopard Survey" di Jakarta, Selasa (18/2), Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko menyampaikan pihaknya menargetkan melakukan survei di 21 bentang alam di seluruh Pulau Jawa, dan baru tujuh di antaranya telah selesai disurvei.
Kegiatan itu telah dimulai sejak Februari tahun lalu demi mengetahui jumlah pasti satwa terancam punah tersebut yang tersisa di Pulau Jawa untuk menyusun strategi konservasi.
"Strategi konservasi itu kan dasarnya kalau kita punya populasi, kita punya data habitat, lalu kita punya data ancaman, lalu kita bisa memproyeksikan kira-kira ke depan kalau business as usual seperti apa, kalau diintervensi dengan strategi seperti apa, dan strategi yang tepat itu strategi apa," kata Dirjen KSDAE Satyawan.
Sejauh ini pemasangan kamera jebak (camera trap) sudah dilakukan di 10 bentang alam, dengan tujuh di antaranya sudah dianalisis. Dari hasil analisa tersebut berhasil dideteksi populasi macan tutul Jawa sejauh ini di enam bentang alam yaitu Rawa Danau, Gunung Burangrang, Gunung Ciremai, Sindoro-Dieng, Panusupan dan Bromo Tengger-Semeru bagian selatan.
Sementara itu, kamera jebak di bentang alam Merapi-Merbabu tidak mendeteksi keberadaan macan tutul Jawa dari keseluruhan petak survei di masing-masing bentang alam.
Direktur Yayasan SINTAS Indonesia sekaligus ahli biologi Hariyo Wibisono dalam kesempatan yang sama mengatakan dari survei yang dilakukan sejauh ini belum dapat memberikan gambaran populasi yang utuh dari macan tutul jawa.
"Jadi sekarang ini baru sampai pada di mana ada, di mana tidak. Karena nanti kita mesti identifikasi dari setiap individu, dari totolnya. Ini banyak yang hitam juga ya, yang quite challenging karena hitam itu totolnya tidak terlihat," kata Hariyo.
Berita Trending
- 1 Negara Paling Aktif dalam Penggunaan Energi Terbarukan
- 2 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 3 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 4 THR Untuk Ojol Harus Diapresiasi dan Diawasi
- 5 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
Berita Terkini
-
Jelang Libur Lebaran, Menpar Tinjau Taman Margasatwa Ragunan
-
Pemudik yang Melintasi Pulau Dewata Wajib Tahu, Pelabuhan Bali Tutup 28 Maret Malam, Ini yang Perlu Diketahui
-
Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Wamen ESDM Pastikan BBM di SPBU Swasta Tetap Ada Saat Lebaran
-
LOVE IS Resmi Rilis Album Penuh Kedua ‘Made to Believe’
-
ASDP Ambon Menyediakan 80 Kuota Mudik Gratis untuk Warga Namlea-Kayeli