Indonesia Siap Jajaki Kerja Sama Perdagangan Karbon di COP29
Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq (kanan), Utusan Khusus untuk Energi dan Lingkungan Hidup Hashim Djojohadikusumo (tengah), dan Menhuta Raja Juli Antoni dalam rapat persiapan COP29 di Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Foto: ANTARA/Prisca TrifernaJAKARTA - Indonesia akan melakukan penjajakan dengan beberapa negara potensial untuk kerja sama skema perdagangan karbon seperti yang tertuang di Artikel 6 di Perjanjian Paris, kata Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq.
Ditemui usai rapat persiapan Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29) di Jakarta, Selasa, Menteri LH Hanif menyebut delegasi Indonesia akan mengusung isu capaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dan implementasi Artikel 6 dari Perjanjian Paris yang mengatur model pembiayaan iklim.
Termasuk di dalamnya Pasal 6.2 terkait kerangka kerja sama internasional untuk skema perdagangan karbon antarnegara.
Hanif mengatakan capaian dari target pengurangan emisi Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) akan menjadi dasar dari kerja sama dengan negara-negara lain, termasuk adanya rencana kerja sama dengan Jepang untuk implementasi Pasal 6.2 tersebut.
"NDC akan dihitung mulai dari 2021. Salah satunya join dengan Jepang untuk merealisasikan Paris Agreement Artikel 6.2," jelasnya.
Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) itu masih enggan membocorkan lebih lanjut terkait rencana kerja sama itu.
Ia mengatakan bahwa rincian dari implementasi tersebut akan diumumkan oleh Utusan Khusus untuk Energi dan Lingkungan Hidup Hashim Djojohadikusumo yang ditunjuk Presiden Prabowo Subianto.
Dalam kesempatan itu, Hashim Djojohadikusumo mengatakan Indonesia memiliki potensi besar dalam perdagangan karbon. Hal itu mengingat Indonesia sudah berhasil melakukan penurunan 577 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) pada 2018-2020.
Tidak hanya itu, terdapat juga potensi dari penurunan periode 2021-2023 yang diperkirakan mencapai 600 juta ton CO2e, katanya.
"Ini nanti akan ditawarkan oleh Pak Menteri kepada dunia internasional. Ini kontribusi kita dan nilainya lumayan 10 dolar, minimal 10 dolar per ton. Ini yang saya sampaikan potensi penerimaan negara tambahan di luar APBN itu kurang lebih Rp190 triliun," demikian Hashim Djojohadikusumo.
- Baca Juga: Rawan Koreksi Lanjutan Akhir Pekan (22/11)
- Baca Juga: Butuh Pendanaan Kreatif untuk MBG
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Para Ahli Kardiologi Perkenalkan Prosedur Inovatif Intervensi Jantung dan Pembuluh Darah
- BPBA: Sembilan Rumah Terbakar di Gayo Lues dan Lima Ruko di Aceh Besar
- Ikan Miliki Zat Gizi DHA yang Tidak Terdapat Dalam Sumber Protein Lain
- Tottenham: Van de Ven Belum Pulih, Romero Diragukan Lawan City
- OCA Permudah Pelaku Usaha Menjalin Hubungan Lebih Personal dengan Pelanggan