Bakteri Resistan Obat Diperkirakan Akan Membunuh 39 Juta Orang pada 2050
ilustrasi Hasil pewarnaan gram Vibrio (Vibrio cholerae).
Foto: Antara/wikipedia.orgPARIS - Infeksi bakteri super yang resistan terhadap obat diperkirakan akan membunuh hampir 40 juta orang dalam 25 tahun ke depan, sebuah analisis global memprediksi pada hari Senin (16/9). Para peneliti menyerukan tindakan untuk menghindari skenario mengerikan ini.
Bakteri super - jenis bakteri atau patogen yang telah kebal terhadap antibiotik, sehingga menjadi lebih sulit diobati - telah dikenal sebagai ancaman yang meningkat terhadap kesehatan global.
Dikutip dari The Straits Times, analisis tersebut disebut-sebut sebagai penelitian pertama yang melacak dampak global bakteri super dari waktu ke waktu, dan memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lebih dari satu juta orang meninggal akibat bakteri super - yang juga disebut resistensi antimikroba (AMR) - setiap tahun di seluruh dunia antara tahun 1990 dan 2021, menurut penelitian di jurnal The Lancet.
Kematian anak di bawah usia lima tahun akibat bakteri super sebenarnya turun lebih dari 50 persen selama tiga dekade terakhir, kata penelitian tersebut, karena adanya peningkatan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada bayi.
Akan tetapi, ketika anak-anak kini terserang bakteri super, infeksinya menjadi jauh lebih sulit diobati.
Kematian di antara mereka yang berusia di atas 70 tahun telah melonjak lebih dari 80 persen selama periode yang sama, karena populasi yang menua menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Kematian akibat infeksi MRSA, sejenis bakteri staph yang telah kebal terhadap banyak antibiotik, meningkat dua kali lipat menjadi 130.000 pada tahun 2021 dari tiga dekade sebelumnya, kata penelitian tersebut.
Para peneliti menggunakan pemodelan untuk memperkirakan bahwa - berdasarkan tren saat ini - jumlah kematian langsung akibat AMR akan meningkat sebesar 67 persen hingga mencapai hampir dua juta per tahun pada tahun 2050.
Hal ini juga akan memainkan peran dalam 8,2 juta kematian tahunan lebih lanjut, suatu lonjakan hampir 75 persen, menurut pemodelan.
Berdasarkan skenario ini, AMR akan secara langsung membunuh 39 juta orang selama seperempat abad berikutnya, dan menyebabkan total 169 juta kematian, tambahnya.
Namun skenario yang tidak terlalu buruk juga mungkin terjadi. Jika dunia berupaya meningkatkan perawatan untuk infeksi parah dan akses ke obat antimikroba, hal itu dapat menyelamatkan nyawa 92 juta orang pada tahun 2050, menurut model tersebut.
"Temuan ini menyoroti AMR telah menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan selama beberapa dekade dan ancaman ini terus berkembang," kata salah satu penulis studi Profesor Mohsen Naghavi dari Institut Metrik Kesehatan yang berbasis di AS dalam sebuah pernyataan.
Para peneliti mengamati 22 patogen, 84 kombinasi obat dan patogen, dan 11 sindrom infeksi seperti meningitis. Studi ini melibatkan data dari 520 juta catatan individu di 204 negara dan wilayah.
Laporan itu dirilis menjelang pertemuan AMR tingkat tinggi di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dijadwalkan pada 26 September.
Resistensi antimikroba merupakan fenomena alami, namun penggunaan antibiotik yang berlebihan dan salah pada manusia, hewan, dan tumbuhan telah memperburuk masalah ini.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung