Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 08 Jan 2025, 02:30 WIB

AS Catat Kematian Manusia Pertama Akibat Flu Burung

Sejumlah ayam berada di kandang pada sebuah peternakan di Meksiko beberapa waktu lalu. Pada Senin (6/1) Dinas Kesehatan Louisiana melaporkan kematian manusia pertama di AS yang terkait dengan flu burung.

Foto: AFP/Ulises Ruiz

WASHINGTON DC - Otoritas kesehatan Louisiana pada Senin (6/1) melaporkan kematian manusia pertama di Amerika Serikat (AS) yang terkait dengan flu burung, sambil menerangkan bahwa pasien tersebut memiliki kondisi medis yang mendasarinya dan risiko penyebaran bagi masyarakat umum tetap rendah.

Pasien, yang berusia lebih dari 65 tahun, telah dirawat di rumah sakit di negara bagian selatan tersebut setidaknya sejak pertengahan Desember, ketika Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengumumkannya sebagai kasus infeksi manusia serius pertama di negara itu akibat virus H5N1.

"Meskipun risiko kesehatan masyarakat saat ini bagi masyarakat umum tetap rendah, orang-orang yang bekerja dengan burung, unggas atau sapi, atau memiliki paparan rekreasi terhadap mereka, berada pada risiko yang lebih tinggi," kata Dinas Kesehatan Louisiana dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan kematian tersebut.

Dikatakan bahwa pasien tersebut tertular H5N1 setelah terpapar gabungan kawanan unggas di halaman belakang rumah yang bukan untuk tujuan komersial dan unggas liar, dan tidak mendeteksi adanya infeksi H5N1 lebih lanjut maupun bukti adanya penularan dari orang ke orang di negara bagian tersebut.

Berita itu muncul beberapa hari setelah pemerintah federal memberikan tambahan dana sebesar 306 juta dollar AS untuk mendukung program pengawasan dan penelitian H5N1, di tengah beberapa kritik terhadap pemerintahan Presiden Joe Biden atas tanggapannya terhadap isu kesehatan yang memanas tersebut.

Sejak awal tahun 2024, CDC telah mencatat 66 kasus flu burung pada manusia di AS. Jumlah kasus yang menular antara hewan dan manusia itu telah membuat para ilmuwan khawatir karena kekhawatirannya dapat bermutasi menjadi bentuk yang lebih mudah menular, yang berpotensi memicu pandemi yang mematikan.

"Kami memiliki banyak data yang menunjukkan bahwa virus ini dapat mematikan, lebih mematikan daripada banyak virus yang kita khawatirkan," kata Jennifer Nuzzo, seorang profesor epidemiologi di Universitas Brown, kepada AFP. "Oleh karena itu, masyarakat menjadi sangat khawatir tentang wabah yang terjadi di pertanian dan tempat lain di AS dan benar-benar menjerit agar pemerintah AS berbuat lebih banyak," imbuh dia.

Kematian Tak Terduga

Sebenarnya pada Desember lalu CDC mengatakan bahwa urutan genetik virus H5N1 dari pasien Louisiana berbeda dari versi yang terdeteksi di banyak peternakan sapi perah di seluruh negeri dan sebagian kecil virus pada pasien mengalami modifikasi genetik yang menunjukkan virus tersebut dapat bermutasi di dalam tubuh untuk beradaptasi dengan saluran pernapasan manusia.

Namun, mutasi tersebut bukanlah satu-satunya hal yang dapat membuat virus lebih menular atau menular antarmanusia, menurut para peneliti yang diwawancarai AFP.

H5N1 pertama kali terdeteksi pada tahun 1996, tetapi sejak tahun 2020, jumlah wabah di antara kawanan unggas telah meningkat pesat, sementara semakin banyak spesies mamalia yang terpengaruh.

"Meskipun tragis, kematian akibat flu burung H5N1 di AS bukanlah sesuatu yang tak terduga karena potensi infeksi virus ini yang diketahui dapat menyebabkan penyakit parah dan kematian," kata CDC dalam sebuah pernyataan. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.