Trump Sebut Ada Kelompok Konglomerat yang Akan Membeli TikTok
KORAN-JAKARTA.COM | Selasa, 01 Jul 2025, 01:00 WIBWASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (29/6), mengungkapkan bahwa sekelompok konglomerat yang sangat kaya telah siap membeli saham TikTok, aplikasi yang menghadapi ancaman pelarangan di AS karena hubungannya dengan Tiongkok. Trump bahkan menambahkan bahwa ia dapat menyebutkan nama pembeli tersebut dalam waktu dua minggu.
"Ngomong-ngomong, kami punya pembeli untuk TikTok," kata Trump dalam wawancara di acara Sunday Morning Futures bersama Maria Bartiromo di Fox.

Ket. Sumber: Digital report 2025 from DataReportal
Trump, yang sebelumnya mendukung pelarangan TikTok, kini menunjukkan pandangan yang lebih terbuka terhadap potensi akuisisi oleh entitas Amerika.
"Orang-orang yang sangat kaya. Mereka adalah sekelompok orang kaya," ujarnya, tanpa mengungkapkan informasi lebih lanjut kecuali mengatakan bahwa ia akan mengungkap identitas mereka "dalam waktu sekitar dua minggu".
Trump juga menyatakan bahwa ia kemungkinan besar memerlukan "persetujuan Tiongkok" untuk penjualan tersebut, dan optimis Presiden Xi Jinping mungkin akan menyetujuinya.
TikTok sendiri dimiliki oleh ByteDance, perusahaan internet berbasis di Tiongkok. Trump telah berulang kali menunda Undang-undang yang memaksa pemilik TikTok yakni ByteDance untuk menjual aplikasi tersebut agar aplikasi tersebut dapat tetap beroperasi di Amerika Serikat.
Anda mungkin tertarik:
Dia juga mengatakan dia terbuka terhadap mitra pebisnis untuk membeli TikTok seperti Larry Ellison atau Elon Musk.
Undang-undang federal AS yang mewajibkan penjualan atau pelarangan TikTok atas dasar keamanan nasional seharusnya mulai berlaku sehari sebelum pelantikan Trump pada 20 Januari. Namun, politisi Republik tersebut, yang kampanye pemilihannya pada tahun 2024 sangat bergantung pada media sosial dan mengatakan bahwa ia menyukai TikTok, menunda larangan tersebut pada pertengahan Juni, dan ia memperpanjang batas waktu bagi aplikasi berbagi video populer itu selama 90 hari untuk menemukan pembeli non-Tiongkok atau akan dilarang di AS.
Para pakar teknologi dengan cepat menggambarkan keributan TikTok ini sebagai simbol persaingan teknologi AS-Tiongkok yang memanas.
Meskipun Trump telah lama mendukung larangan atau divestasi, ia membalikkan posisinya dan berjanji untuk membela platform tersebut yang mengeklaim memiliki hampir dua miliar pengguna global—setelah meyakini platform tersebut membantunya memenangkan dukungan pemilih muda dalam pemilihan bulan November.
"Saya punya sedikit rasa simpati di hati saya terhadap TikTok," kata Trump kepada NBC News pada awal Mei. "Jika perlu perpanjangan, saya bersedia memberikannya perpanjangan."
Keamanan Nasional
Kini, setelah dua kali perpanjangan yang menunda batas waktu hingga 19 Juni, Trump telah memperpanjangnya untuk ketiga kalinya.
Ia mengatakan pada bulan Mei lalu, bahwa sekelompok pembeli siap membayar ByteDance dengan “banyak uang” untuk operasi TikTok di AS.
Pada bulan April, ia mengatakan Tiongkok akan menyetujui kesepakatan penjualan TikTok jika tidak ada perselisihan mengenai tarif Trump terhadap Beijing.
ByteDance telah mengkonfirmasi pembicaraan dengan pemerintah AS, dengan mengatakan bahwa masalah-masalah utama perlu diselesaikan dan bahwa kesepakatan apa pun akan “tunduk pada persetujuan berdasarkan hukum Tiongkok”.
Pernyataan ini menambah dinamika baru dalam saga TikTok di AS. Sebelumnya, kekhawatiran terkait keamanan data pengguna dan pengaruh Tiongkok terhadap aplikasi tersebut telah mendorong Kongres AS untuk mengeluarkan undang-undang yang meminta ByteDance untuk menjual operasional TikTok di AS dalam waktu yang ditentukan, atau menghadapi larangan total.
Klaim Trump ini dapat mengindikasikan adanya minat serius dari investor AS untuk mengambil alih TikTok, yang memiliki jutaan pengguna di Amerika. Akuisisi semacam itu berpotensi meredakan kekhawatiran keamanan nasional yang diutarakan oleh pemerintah AS.
Tren Saat Ini
Realtime






