Iklan — Scroll ke bawah untuk melanjutkan

BASF dan Eramet Batal Investasi di Sonic Bay

KORAN-JAKARTA.COM | Jumat, 28 Jun 2024, 09:09 WIB
iklan kopi jjroyal sidebar

JAKARTA - Dua investor asal Eropa mundur dari proyek hilirisasi nikel di Maluku Utara. Meski demikian, pemerintah optimistis mundurnya raksasan kimia asal Jerman, BASF dan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet itu tidak menurunkan minat investor asing menanamkan modalnya pada sektor hilirisasi di tanah air.

BASF dalam laman resminya mengumumkan pembatalan investasi di Proyek Sonic Bay di Maluku Utara. Anggota Dewan Direktur Eksekutif BASF Anup Kothari mengatakan pembatalan investasi ini karena pasar nikel global mengalami perubahan signifikan, yakni pasokan nikel perusahaan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik sudah tercukupi. Melihat kondisi itu, BASF melihat investasi di Indonesia tak lagi diperlukan.

BASF dan Eramet Batal Investasi di Sonic Bay Doc: istimewa

Ket.

Sementara itu, melalui pernyataan di laman resminya, Kamis (27/6), Eramet mengungkapkan pembatalan investasi tersebut dilakukan setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh, termasuk pembahasan mengenai strategi pelaksanaan proyek. Dari hasil diskusi tersebut, kedua mitra memutuskan untuk tidak melakukan investasi ini.

Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Nurul Ichwan mengatakan, walaupun perusahaan tersebut membatalkan investasi dalam proyek senilai 2,6 miliar dolar AS, pengembangan investasi, khususnya di sektor hilirisasi baterai kendaraan listrik masih sangat potensial di pasar domestik.

"Kami melihat hilirisasi untuk ekosistem baterai kendaraan listrik masih sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Apalagi, baru-baru saja Indonesia mendapat peringkat 27 pada World Competitiveness Ranking (WCR) 2024. Top 3 terbaik di wilayah ASEAN," kata dia di Jakarta, kemarin.

Daya Tarik Tinggi

Dirinya menjelaskan, kebijakan hilirisasi Indonesia masih memiliki daya tarik tinggi di mata para investor asing, bahkan menurutnya beberapa proyek hilirisasi di tanah air sudah memasuki tahapan realisasi. Seperti halnya smelter tembaga terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur yang resmi beroperasi mulai 27 Juni 2024.

Selanjutnya produksi massal baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia yang akan dilakukan oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat pada Juli 2024, serta akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Like, Comment, or Share:

Tren Saat Ini
Realtime
Ads
Berita Terkait

Hadapi Cuaca Ekstrem, Dinas Siagakan 1.175 Pompa

Jumat, 11-Jul-2025 | Deri Henriawan

Megapolitan Hadapi Cuaca Ekstrem, Dinas...

Pramono: Kota Global Harus Bebas Korupsi

Jumat, 11-Jul-2025 | Deri Henriawan

Megapolitan Pramono: Kota Global Harus ...

Persita Datangkan Matheus Alves

Jumat, 11-Jul-2025 | Alfred

Olahraga Persita Datangkan Matheus A...

BNPB: Bencana Hidrometeorologi Dominan

Jumat, 11-Jul-2025 | Ones

Nasional BNPB: Bencana Hidrometeorol...

Transaksi Bansos untuk Judol Capai Rp957 Miliar

Jumat, 11-Jul-2025 | Ones

Nasional Transaksi Bansos untuk Judo...

Persis Solo Perpanjang Kontrak Jordy Tutuarima

Jumat, 11-Jul-2025 | Alfred

Olahraga Persis Solo Perpanjang Kont...

Penataan Terpadu Lapangan Banteng dan Gedung AA Maramis Dimulai

Jumat, 11-Jul-2025 | Fajar Alim M

Megapolitan Penataan Terpadu Lapangan B...

Daerah Inginkan Ketegasan Bagi Hasil yang Adil

Jumat, 11-Jul-2025 | Aloysius Widiyatmaka

Daerah Daerah Inginkan Ketegasan B...
Video Pilihan
Tanpa Antisipasi Dini, Pertumbuhan Ekonomi 2025 bisa Lebih Rendah dari Proyeksi