Wapres Duterte Kembali Mangkir Pemeriksaan Ancaman Pembunuhan
Wapres Filipina, Sara Duterte
Foto: AFP/TED ALJIBEMANILA - Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, pada Rabu (11/12) kembali tidak hadir untuk diinterogasi terkait ancaman pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr, dan memilih untuk mengirim surat yang membantah tuduhan bahwa dirinya telah membuat ancaman serius terhadap nyawa Presiden Filipina.
Duterte yang pernah menjadi sekutu berpengaruh Marcos Jr hingga terjadi pertikaian sengit antara mereka di awal tahun 2024, dipanggil untuk menghadap Biro Investigasi Nasional (NBI) guna menjelaskan pernyataannya dalam konferensi pers baru-baru ini, di mana ia mengatakan telah menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Marcos Jr, istrinya, dan juru bicara DPR, jika ia terbunuh.
Duterte, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, belum merinci ancaman khusus terhadap nyawanya, sementara Presiden Marcos Jr menggambarkan pernyataannya sebagai ceroboh dan meresahkan.
Penyelidikan ini dilakukan setelah Duterte menjadi subjek pengaduan pemakzulan di Majelis Rendah atas tuduhan korupsi, inkompetensi, dan memperoleh kekayaan secara tidak sah saat menjabat, tuduhan yang semua telah dibantahnya.
Wapres Duterte mengatakan dia tidak mengharapkan penyelidikan yang adil, mengingat apa yang disebutnya sebagai sebuah pernyataan bias dari presiden dan pejabat Kementerian Kehakiman.
"Kami yakin kasus-kasus akan diajukan," kata Wapres Duterte kepada wartawan pada Selasa (10/12). "Skenario terburuk yang kami lihat adalah pemecatan dari jabatan, pemakzulan, dan kemudian tumpukan kasus yang sudah diberitahukan oleh pengacara kepada saya untuk diantisipasi juga," imbuh dia.
Sangkalan
Hubungan antara Marcos Jr dan Duterte telah berubah menjadi permusuhan dalam beberapa bulan terakhir, dan ini sangat kontras dengan kondisi dua tahun lalu ketika dua keluarga kuat mereka bergabung untuk memenangkan pemilihan presiden.
Dengan mengendarai gelombang dukungan di akhir masa jabatan presiden ayahnya yang populer, Sara Duterte awalnya memimpin jajak pendapat pada kandidat presiden pilihan, tetapi kemudian justru memilih untuk maju bersama Marcos Jr daripada melawannya.
Terkait kasus ini, Presiden Marcos Jr sebelumnya telah mengatakan bahwa ia tidak mendukung upaya pemakzulan.
Menyusul ketidakhadirannya untuk diinterogasi, Direktur NBI, Jaime Santiago, pada Rabu membacakan surat kepada media yang katanya dikirim oleh pengacara Duterte yang menyatakan bahwa dia dengan tegas menyangkal telah membuat ancaman apapun yang dapat diklasifikasikan sebagai ancaman serius berdasarkan hukum atau pelanggaran undang-undang antiterorisme negara tersebut.
Santiago meyakinkan Wapres Duterte tentang penyelidikan yang adil dan mengatakan panggilan pengadilan untuk interogasi akan menjadi kesempatan baginya untuk menguraikan ancaman terhadap dirinya. “Akan lebih mudah jika (wakil presiden) muncul dihadapan kita,” kata dia.
Wapres Duterte sendiri mengatakan bahwa ancaman terhadapnya belum diselidiki dan ia tidak bersedia memberikan informasi karena dia tidak mempercayai pihak berwenang.
"Saat ini, karena mereka sedang mencari-cari kata-kata alasan yang saya ucapkan dan menjadikannya sebagai ancaman. Mereka seharusnya mulai bertanya dari mana datangnya hal ini," kata Duterte. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29