
Ulat dan Serangga Berpotensi Jadi Menu Makan Bergizi Gratis, Ini Kata Pakar UM Surabaya
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Foto: IstimewaJAKARTA - Ulat dan Serangga berpotensi jadi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal tersebut disampaikan langsung Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.
Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Idham Choliq, mengatakan, wacanan memasukkan belalang dan ulat sebagai menu MBG merupakan produk pangan lokal. Prosesnya terkait erat dengan budaya atau kebiasaan anak dalam pola konsumsi.
“Ada yang namanya 'habitus gizi' yaitu anak-anak dibentuk oleh lingkungan budaya dan ekonomi rumah tangga, yang pada gilirannya terkait dengan praktik-praktik makanan dan ideologi makan tertentu,” ujar Idham, dalam keterangan resminya, Rabu (29/1).
Dia menyebut, anak-anak yang belum pernah memakan serangga mungkin akan bereaksi jijik dan menolak saat memakan serangga tersebut. Meski demikian, belalang dan ulat dapat berfungsi sebagai tambahan kaya nutrisi untuk makanan anak-anak mengingat serangga menyediakan sejumlah besar protein, lemak, dan mikronutrien penting yang mirip dengan makanan yang bersumber dari hewan.
“Misalnya ulat dikenal karena kandungan vitamin B1, B2, dan B6, serta vitamin D. Sedangkan belalang menyediakan vitamin A, D3, dan B12, beserta mineral penting seperti zat besi dan seng,” katanya.
Bahaya Pestisida
Idham mengungkapkan, di samping ada manfaatnya, ada kekhawatiran mengenai paparan pestisida dan akumulasi logam berat. Menurutnya, hal tersebut berpotensi besar terdapat pada serangga di alam liar.
Dia menyebut, serangga yang dibesarkan di peternakan adalah pilihan yang lebih aman. Menurutnya, bila nantinya belalang dan ulat ini dimasukkan ke dalam menu MBG di daerah tertentu, sebaiknya memanfaatkan budidaya serangga tersebut sebagai bahan makanan lokal yang berkelanjutan dan bergizi.
“Serangga yang dibudidayakan merupakan pilihan yang lebih aman karena mereka menerima pakan yang terkontrol dan menjalani pemeriksaan kesehatan yang ketat,” terangnya.
Idham menekankan, makanan berbasis bahan lokal sangat direkomendasikan dalam program MBG. Menurutnya, MBG merupakan program bagus, tetapi memang dalam praktik pemberiannya perlu memperhatikan preferensi atau kebiasaan anak dalam mengkonsumsi jenis makanan di berbagai daerah.
"Memanfaatkan bahan pangan lokal boleh, asal memenuhi standar gizi,” ucapnya.
Berita Trending
- 1 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 2 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 3 Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- 4 Ini Lima Kunci Sukses Iklan Video di YouTube
- 5 Rencana Perpusnas Mengurangi Jam Operasional Batal
Berita Terkini
-
Sambut Valentine, Reza Arfandy Lepas Single Debut Solo Perdana Bertajuk "Perfect"
-
Pertamina Bawa UMKM Tempe Asal Sukabumi Mendunia
-
Ketua Dewan Pembina SOKSI, Bamsoet: Rapat Pleno Diperluas SOKSI Tetapkan Munas XII SOKSI Digelar 20 Mei 2025
-
Rayakan Perbedaan dan Keberagaman, Bintang Hadirkan Instalasi Imersif ‘Bintang Dunia Tanpa Syarat’
-
Patrick Kluivert Kasih Masukan untuk Jersey Terbaru Timnas Indonesia