Tiongkok Tegaskan Netralitas Karbon Global Penting untuk Kesejahteraan Manusia
Utusan Khusus Perubahan Iklim Tiongkok Liu Zhenmin berbicara dalam acara Indonesia Net-Zero Summit (INZS) 2024 “S.O.S Neraka Bocor: Climate Avengers Assemble!” yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Sabtu (24/8/2024).
Foto: ANTARA/Cindy FrishantiJakarta - Utusan Khusus Perubahan Iklim Tiongkok Liu Zhenmin menegaskan pentingnyanetralitas karbon global untuk kesejahteraan dan lingkungan hidup manusia saat berbicara dalam acara IndonesiaNet-Zero Summit(INZS) 2024 "S.O.S Neraka Bocor:Climate Avengers Assemble!" di Jakarta, Sabtu.
"Mencapai netralitas karbon global tidak hanya penting untuk kesejahteraan generasi sekarang, tetapi juga untuk lingkungan hidup generasi masa depan kita," katanya dalam acara yang diselenggarakanForeign Policy Community of Indonesia(FPCI) itu.
Saat ini, banyak negara Asia berada pada tahap kritis transisi energi dan menghadapi berbagai tantangan seperti peningkatan konsumsi energi, kenaikan harga, rendahnya pangsa kapasitas energi terbarukan, dan rantai pasokan yang tidak stabil, katanya.
Dia memberikan tiga saran singkat untuk mencapai keseimbangan antara ketahanan energi dan transisi energi, yang merupakan tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Asia, terutama negara berkembang.
Pertama, Liu melanjutkan, adalah menjunjung tinggi multilateralisme.
"Perubahan iklim merupakan isu global yang memerlukan kerja sama terpadu antarnegara di seluruh dunia," ujar Liu.
Semua negara harus mematuhi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Perjanjian Paris (Paris Agreement) sebagai kerangka hukum kerja sama internasional untuk mengatasi perubahan iklim, katanya.
Yang kedua adalah mendorong transisi energi secara merata, tertib dan adil, lanjut Utusan Khusus Perubahan Iklim Tiongkok tersebut.
"Adil, tertib, setara dan kerja sama adalah kata kunci untuk transisi energi global," kata Liu.
Menurut dia, transisi energi harus memastikan keamanan energi dan harus mencerminkan fleksibilitas, kemampuan ilmiah dan inklusivitas.
Transisi yang adil dan setara memerlukan pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasional, tahap pembangunan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki masing-masing negara.
"Pihak negara maju harus memberikan dukungan kepada negara berkembang untuk membantunya mencapai posisi yang adil," ujar Liu.
Ketigaadalah mengatasi hambatan melalui kerja sama teknologi dan mengisi kesenjangan dalam tata kelola iklim global.
"Membangun kembali kepercayaan antara negara-negara di belahan bumi utara dan selatan memerlukan kerja sama internasional yang sejati," tutur Liu.
Liu menjelaskan bahwa saat ini proteksionisme dan langkah-langkah unilateral dari beberapa negara menimbulkan hambatan signifikan bagi transisi rendah karbon global.
"Masyarakat internasional harus menolak unilateralisme dan pemikiranzero sum(kalah-menang-red.)yang berkontribusi pada tata kelola iklim global melalui persaingan dan kerja sama yang menguntungkan," kata Liu.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- IDI Kabupaten Banyumas Bagikan Cara Tepat Obati Penyakit Tekanan Darah Tinggi yang Efektif
- IDI Jawa Tengah BagikanTips Kesehatan Cara Cepat Hamil Setelah Haid
- Khofifah - Emil Ajak Pendukung Doa Bersama dan Sukseskan Pilgub Jatim
- Ditjen Hubdat Lakukan Sosialisasi Keselamatan pada Pengemudi Angkutan Barang
- Dazul Herman Pimpin PT. Krakatau Sarana Properti