Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Terancam Punah, Pemerintah Diminta Lindungi Habitat Burung Migran di Aceh

Foto : ANTARA/HO/Heri Tarmizi

Ilustrasi - Burung cerek dan camar di Pantai Alue Naga Aceh.

A   A   A   Pengaturan Font

Banda Aceh - Peneliti burung dari Kelompok Studi Lingkungan Hidup (KSLH) meminta pemerintah melindungi habitat burung migran di Alue Naga Banda Aceh, karena populasinya terancam menurun akibat perubahan lanskap.

"Penurunan populasi burung terkait dengan perubahan lanskap, terutama pembangunan yang menyebabkan penyempitan area mangrove," kata pegiatKSLH,Heri Tarmizidi Banda Aceh, Senin.

Heri menjelaskan kawasan mangrove Alue Naga di Pantai Timur Aceh menjadi tempat penting bagi burung bermigrasi untuk mencari pakan yang diperlukan saat perjalanan migrasi musim dingin selama enam bulan sejak Oktober hingga menjelang musim semi pada Maret.

Berdasarkan identifikasi KSLHAceh pada 2021, terdapat tujuh spesies burung pantai dengan jumlah mencapai 2000-an bermigrasi ke pesisir Banda Aceh dan Aceh Besar, termasuk di kawasan Mangrove Alue Naga untuk mencari pakan.

"Bisa jadi lebih banyak hingga 2000-an untuk tujuh spesies tadi, didominasi cerek atau plover akan makan di mangrove Aceh sebelum bertolak kembali ke area berbiak di Siberia dan Rusia. Mereka butuh energi dengan makan cukup banyak," ujarnya.

Ia menyampaikan keberadaan burung migran di sana telah menjadi sorotan bagi peneliti dan pengamat burung internasional. Laporan Birdlife Internasional pada 2019 menyebutkan hampir 20 spesies burung bermigrasi ke pesisir pantai Timur Aceh, termasuk Alue Naga.

Selain itu, tim KSLH-Aceh pada awal Maret 2024, berhasil mengamati kelompok kecil sekitar 1.500 individu burung pantai yang terdiri atas berbagai spesies, termasuk cerek pasir besar, cerek asia, cerek mongol, cerek kecil, kedidi, gajahan kecil, gajahan besar, camar kecil, serta kuntul.

Karena itu, ia berharap peran pemerintah untuk menjaga habitat burung migran tersebut agar populasinya tidak menurun, terutama di saat anomali iklim ini, keberadaannya semakin terancam.

Menurut dia, pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan lokasi tersebut sebagai tempat wisata atau studi penelitian burung.

"Keberadaan burung-burung migrasi di sana sebenarnya juga dapat menjadi daya tarik wisata dan menjadi objek penelitian bagi mahasiswa atau siswa," katanya.

Ia menambahkan, KSLH-Aceh juga sedang melakukan pengumpulan data spesies melalui bioakustik bekerja sama dengan Cornell University dalam program Local-Led East Asian Flyway Acoustic (LEAFA).

"Mangrove Alue Naga direncanakan sebagai salah satu lokasi kegiatan ini. Diharapkan data yang diperoleh dapat digunakan untuk rencana aksi perlindungan mangrove dan keanekaragaman hayati di situs tersebut terutama bagi populasi burung," kata Heri Tarmizi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top