Politisi Partai Sayap Kanan Le Pen Jadi Penentu Penunjukan Barnier sebagai PM Prancis
Perdana Menteri Prancis Michel Barnier.
Washington - Penunjukan Michel Barnier sebagai Perdana Menteri Prancis selain membuktikan kemampuan negosiasinya, juga dipengaruhi oleh politisi sayap kanan National Rally, Marine Le Pen.
Pendapat itu disampaikan olehPaul Smith, profesor sejarah dan politik Prancis di Universitas Nottingham, Inggris.
Barnier, kepala negosiator Uni Eropa dalam proses perundingan Brexit, diangkat oleh Presiden Emmanuel Macron untuk memimpin kabinet Prancis.
Pria berusia 73 tahun itu menjadi PM tertua dalam sejarah modern Prancis, menggantikan Gabriel Attal (35), PM termuda.
Menurut Smith, meskiBarniermerupakan calon potensial, pengangkatannya terjadi setelah Le Pen memutuskan untuk tidak menentang secara langsung pemerintahannya.
"Pada dasarnya, dia (Le Pen) telah menjadi penentu (penunjukan Barnier)," kata Smith.
Namun, pandangan Barnier berbeda dengan Macronsehingga berpotensi menimbulkan ketegangan, kata Smith.
Dalam beberapa kebijakan, ada kemungkinan Barnier akan meraih suara mayoritas, di manaNational Rally abstain atau bahkan mendukung pemerintahannya.
Macron memilih Barnier karena kepiawaiannya bernegosiasi, terutama selama pembicaraan soalBrexit, ketika dia berhasil menjaga 27 negara Uni Eropa tetap kompak.
Aliansi sayap kiri New Popular Front, yang meraih kursi terbanyak dalam pemilihan legislatif Prancis, melancarkan protes setelah Macron menolak mengusung calon mereka, Lucie Castets, sebagai PM.
Sedikitnya 138 aksi demonstrasi direncanakan akan digelar di seluruh Prancis.
Smithmenambahkan bahwa calon lainnya, Xavier Bertrand, juga gagal karena kurang dukungan dan dianggap lunak terhadap masalah imigran.
Ketika ditanya tentang rencana sayap kiri Prancis melakukan pemungutan suara untuk mosi tidak percaya terhadap Barnier, Smith mengatakan mereka tidak akan mendapatkan cukup suara tanpa dukungan National Rally.
Di mata kelompok sayap kiri, penunjukanBarnierdianggap sebagai kemenangan bagi NationalRally.
"Mereka tidak akan bergabung dengan pemerintah, tetapi mereka 'menyetujui' penunjukannya untuk saat ini," kata Smith.
Hasil pemilihan kilatbaru-baru ini membuat nasib parlemen Prancis menjadi tidak jelas karena tidak ada partai yang meraih suara mayoritas.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya