
PERHATI-KL Memaparkan Kebiasaan Buruk yang Dapat Merusak Kesehatan Pendengaran
Arsip - Tangkapan layar - Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL), Yussy Afriani Dewi, di Jakarta, Jumat (3/3/2023).
Foto: ANTARAJAKARTA– Perhimpunan Ahli THT Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) menjelaskan sejumlah kebiasaan buruk yang perlu dihindari untuk menjaga kesehatan pendengaran, antara lain kebiasaan mendengarkan suara keras, merokok, dan konsumsi alkohol, serta penggunaan cotton bud.
"Paparan suara keras di atas 85 dB dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel rambut di dalam koklea yang berperan penting tentunya dalam proses pendengaran," kata Ketua Pengurus Pusat PERHATI-KL, Yussy Afriani Dewi, dalam temu media daring oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (3/3).
Adapun merokok, kata Yussy, memperburuk sirkulasi darah dan dan mengurangi pasokan oksigen ke dalam telinga, sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Kemudian, alkohol merusak sel-sel serta memperburuk kesehatan telinga dalam.
"Selain itu, alkohol dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati misalkan contohnya infeksi telinga atau penyakit yang berhubungan dengan gangguan dengar, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pendengaran dan penyakit-penyakit sistemik lain seperti obesitas dan diabetes," kata dia menjelaskan.
Yussy menyebutkan stres dan gangguan psikologis berlebihan juga dapat memperburuk kondisi telinga, seperti menyebabkan sensasi berdenging. Sementara itu, stres kronis mempengaruhi aliran darah ke telinga bagian dalam.
Sejumlah penyebab selain kebiasaan adalah cedera atau trauma pada kepala yang dapat melukai struktur telinga, kemudian infeksi berulang pada telinga yang dapat menurunkan pendengaran sementara atau permanen jika tidak diobati.
"Konsumsi obat-obatan tertentu, obat-obatan ototoksik seperti contoh tadi aminoglycosida, diuretik, dan obat-obat kemoterapi seperti cisplatin. Juga jangan melupakan kondisi genetik," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Umum PP PERHATI-KL, Sally Mahdiani, menjelaskan penggunaan cotton bud untuk membersihkan telinga tidak perlu, karena tubuh memiliki mekanisme untuk membersihkannya, di mana kotoran telinga atau serumen akan keluar karena disapu oleh rambut telinga saat gerakan rahang seperti makan atau berbicara.
Apabila menggunakan cotton bud, katanya, terdapat risiko kotoran tersebut terdorong ke area telinga yang tidak dilindungi rambut tersebut, sehingga tidak dapat dikeluarkan.
Sally menyebutkan polusi udara dari kendaraan bermotor juga dapat merusak kesehatan pendengaran.
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 3 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 4 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
- 5 Negara-negara Gagal Pecahkan Kebuntuan soal Tenggat Waktu Laporan Ikim PBB
Berita Terkini
-
BNPT dan Kemendes PDT Sepakat Berkolaborasi Jaga Desa dari Ancaman Ideologi Kekerasan
-
Wamendagri Ungkap Retret Kepala Daerah Gelombang II Usai Lebaran, Mensesneg Pastikan Pelaksanaan Retret Transparan
-
Bakamla Harap Jadi “Coast Guard” yang Miliki Kewenangan Penegakan Hukum di Laut
-
Ikuti Putusan MK, KPU RI: Hampir Semua Pemungutan Suara Ulang Pilkada 2024 Digelar Usai Lebaran
-
Pemprov-BMKG Bahas Mitigasi Banjir