Pengamat: RI Harus Harus Hati Hati Memilih, Jangan Sampai Mengganggu Hubungan Dagang
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko mengatakan Indonesia harus berhati-hati dalam mempertimbangkan keanggotaan BRICS, jangan sampai mengganggu hubungan dengan Amerika Serikat
Foto: istimewaJAKARTA-Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko mengatakan, Indonesia harus berhati-hati dalam mempertimbangkan keanggotaan BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan).
Kenapa demikian karena bisa berdampak besar pada politik luar negeri dan ekonomi. "Menjadi anggota BRICS berarti berhadapan langsung dengan Amerika Serikat dan sekutunya, yang bisa mempengaruhi hubungan diplomatik dan perdagangan,"ucapnya, Senin (16/12).
Untuk saat ini menurut Suhartoko, bersikap netral adalah pilihan terbaik karena AS dan Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia. Dengan bersikap netral, Indonesia dapat:
Keuntungan bersikap netral terangnya bisa meningkatkan daya tawar dalam perjanjian perdagangan. Kemudian, menghindari konflik dengan negara-negara lain serta empertahankan hubungan baik dengan mitra dagang.
Di sisi lain, keanggotaan BRICS bukan tak punya tantangan, ada konflik kepentingan dengan AS dan sekutunya. Kemudian akan berdampak pada posisi Indonesia di ASEAN dan kancah global dan ketergantungan ekonomi pada negara-negara BRICS.
Dirinya memprediksi bahwa hegemoni ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mulai terkikis. Hal ini dipicu oleh potensi solidnya negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) di masa depan.
Menurut Suhartoko, kapasitas ekonomi BRICS telah melampaui AS, sehingga kesepakatan dedolarisasi berpotensi terwujud. Pergeseran ini bisa berdampak positif bagi Indonesia jika mampu memanfaatkan momentum tersebut.
"Dengan mengantisipasi penggunaan dolar AS yang berkurang, Indonesia dapat memperkuat rupiah melalui perjanjian bilateral atau multilateral," ujar Suhartoko.
Implementasi dedolarisasi ini dapat meningkatkan stabilitas rupiah dan memperkuat ekonomi nasional.
Indonesia memang sudah mendaftar untuk bergabung menjadi anggota BRICS, kelompok internasional yang diinisiasi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Hanya saja bergabungnya RI ke BRICS masih berproses. Sampai saat ini, RI masih belum menjadi anggota BRICS.
"Ada proses internal BRICS. Bola (keputusan) di mereka (BRICS)," kata juru bicara Kemlu RI Rolliansyah Soemirat beberapa waktu lalu
"Mengenai keputusan anggota-anggota BRICS terhadap aplikasi Indonesia tersebut tentunya akan diserahkan kepada mekanisme yang berlaku di dalam BRICS itu sendiri," kata Roy
Keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS sudah dituangkan dalam surat resmi. Surat itu dibawa oleh Menlu RI Sugiono di KTT BRICS+ di Kazan, beberapa hari lalu. Indonesia ingin bekerja sama dengan negara-negara BRICS dan negara Global South lainnya.
"Diserahterimakan langsung kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov," kata Roy.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menyampaikan bahwa Indonesia memandang pergeseran ekonomi global bukan sekadar ancaman eksternal melainkan juga dapat menjadi sumber peluang bagi negara ini.
Hal itu ia sampaikan dalam acara peluncuran Indonesia Economic Prospects (IEP) oleh Bank Dunia (World Bank) yang diselenggarakan di Jakarta, Senin.
“Dengan lokasi strategis, sumber daya alam, dan populasi muda yang dimiliki, kami berada dalam posisi yang tepat untuk mengubah tantangan ini menjadi pendorong pertumbuhan,” katanya.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Mai Hang Food Festival Jadi Ajang Promosi Kuliner Lokal Labuan Bajo
- 2 Otorita Labuan Bajo: Mai Hang Food ajang promosi kuliner lokal
- 3 Jenderal Bintang Empat Akan Lakukan Ini untuk Dukung Swasembada Pangan
- 4 Warga Dibekali Literasi Digital Wujudkan IKN Kota Inklusif
- 5 Butuh Perjuangan Ekstra, Petugas Gabungan Gunakan Perahu Salurkan Bantuan ke Lokasi Terisolasi