Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Kerumunan telah terbukti menjadi super spreader yang sangat berbahaya bagi penyebaran Covid-19. Kejadian di India menjadi pelajaran berharga untuk tidak melakukan hal yang sama.

Pelajaran Berharga dari "Kumbh Mela"

Foto : Prakash SINGH / AFP
A   A   A   Pengaturan Font

India menjadi contoh, betapa pengabaian protokol kesehatan Covid-19 bisa menjadi bencana kematian yang mengerikan. Hingga Selasa, 11 Mei 2021 jumlah yang terinfeksi telah mencapai 22,9 juta orang. Korban meninggal sebanyak 250 ribu dan sembuh 19 juta. Tiap hari kini sekitar 4.000 korban meninggal.
Badai Covid-19 India bermula dari jutaan umat Hindu yang berkumpul di kota Haridwar, Himalaya untuk berpartisipasi dalam festival Kumbh Mela. Sudah banyak yang mengingatkan acara tersebut bakal menjadi penyebaran super (super spreader event), di saat negara itu sedang melawan gelombang kedua.
Ketakutan akan penyebaran super akhirnya menjadi kenyataan, dari festival yang diadakan setiap 12 tahun. Banyak dari mereka yang kembali dari acara Kumbh Mela dinyatakan positif dan telah menyebarkan infeksi ke banyak negara bagian tempat para peserta berasal.
Ketika Mahant Shankar Das tiba di Haridwar pada 15 Maret untuk berpartisipasi dalam festival tersebut, kasus Covid-19 sudah meningkat di banyak bagian India. Pada 4 April, hanya empat hari setelah festival secara resmi dimulai, pendeta Hindu berusia 80 tahun itu dinyatakan positif Covid-19 dan disarankan untuk karantina di tenda.
Tetapi bukannya mengisolasi diri, dia malah mengemasi tasnya. Dia naik kereta dan melakukan perjalanan sekitar 1.000 km ke kota Varanasi. Di sana, putranya Nagendra Pathak menjemputnya di stasiun kereta api. Keduanya naik taksi bersama ke desa asal sejauh 20 km di distrik tetangga Mirzapur.
Berbicara kepada Geeta Pandey dari BBC melalui telepon, Mahant Das mengatakan dirinya sehat, namun tetap melakukan karantina di rumah. Dia bersikeras tidak menularkan virus ke orang lain, meski putranya dan beberapa penduduk desa lainnya mengembangkan gejala Covid-19.

Tak Tanggung Jawab
Sedangkan Pathak, yang telah sembuh, mengatakan sebanyak 13 orang di desanya meninggal dalam dua pekan terakhir karena demam dan batuk. Terkait Mahant Das, para ahli kesehatan mengatakan, perilakunya naik kereta dan taksi tidak bertanggung jawab.
Ahli epidemiologi Dr Lalit Kant menuturkan, "Sekelompok besar peziarah tanpa masker yang duduk di tepi sungai menyanyikan kejayaan Sungai Gangga menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran virus dengan cepat. Kita sudah tahu bahwa nyanyian paduan suara di gereja dan kuil dikenal sebagai acara yang sangat menyebar," ujarnya.
Di Haridwar, para pejabat mengatakan, 2.642 umat dinyatakan positif, termasuk puluhan pemimpin agama. Akhilesh Yadav, mantan Menteri Kepala Negara bagian Uttar Pradesh, dan mantan Raja Nepal, Gyanendra Shah, serta mantan Ratu Komal Shah, termasuk di antara yang positif setelah pulang dari acara.
Komposer Bollywood, Shravan Rathod, meninggal di rumah sakit Mumbai segera setelah kembali dari Kumbh Mela. Sembilan peramal Hindu dari satu kelompok juga meninggal. Ini meningkatkan ketakutan terhadap orang-orang yang kembali dari acara tersebut.
Beberapa pemerintah negara bagian yang khawatir akan penyebaran lebih lanjut, memerintahkan karantina wajib selama 14 hari. Beberapa di antaranya memperingatkan tindakan tegas terhadap orang yang menyembunyikan informasi perjalanannya.
Negara bagian mengharuskan tes RT-PCR wajib bagi mereka, tetapi hanya sedikit negara bagian yang memiliki database warga yang pergi. Meski India dikenal dengan talenta digital yang maju, tidak ada satu negara bagian pun memiliki sistem pelacakan warga yang memasuki perbatasannya.
Pihak berwenang di negara bagian Rajasthan menyalahkan para peziarah atas penyebaran kasus Covid-19 yang cepat, terutama di daerah perdesaan. Setidaknya 24 pengunjung Kumbh Mela dinyatakan positif saat kembali ke negara bagian timur Odisha yang sebelumnya bernama Orissa.
Di Gujarat, setidaknya 34 dari total 313 penumpang yang kembali dengan satu kereta dinyatakan positif. Sedangkan 60 dari 61 atau 99 persen orang yang kembali dites di sebuah kota di negara bagian Madhya Pradesh tengah, ditemukan terinfeksi. Para pejabat sekarang dengan panik mencari 22 orang lainnya yang hilang.
"Ini bencana. Angka-angka tersebut hanyalah puncak gunung es. Kelompok peziarah yang bepergian dengan kereta dan bus padat akan memiliki efek berlipat ganda pada jumlah infeksi. Saya dapat mengatakan tanpa ragu bahwa Kumbh Mela adalah salah satu alasan utama di balik meningkatnya kasus di India," tegas Kant.

3 Juta Orang
Ketika BBC mengonfirmasi Mahant Das tentang apakah sebaiknya membatalkan acara tersebut, dia mengatakan, "Bagaimana bisa pemerintah mengadakan rapat umum dan pemilihan umum di West Bengal? Mengapa hanya kami yang diberitahu bahwa berkumpul itu salah?" dia bertanya.
Kritikus Perdana Menteri Narendra Modi yang berasal dari partai Bharatiya Janata enggan membatalkan acara. Ia dinilai takut terhadap reaksi dari para pemimpin agama Hindu seperti Mahant Das. Sebab mereka merupakan pendukung terbesar partai dan memainkan peran penting dalam memobilisasi suara Hindu.
Pada 12 April, lebih dari tiga juta orang berenang di Sungai Gangga dengan keyakinan bahwa mandi di sana akan membantu mencapai keselamatan. Dampak acara tersebut tercatat lebih dari 168.000 kasus baru. Penambahan jumlah itu membuat India menyalip Brasil sebagai negara nomor 1 dalam kasus infeksi di dunia.
Skala festival Sungai Gangga akhirnya diperkecil seminggu kemudian setelah pemimpin Hindu utama dari salah satu kelompok yang berpartisipasi meninggal. Modi meminta tokoh agama untuk mengubah festival sejak saat itu menjadi acara simbolis saja. hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top