Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Misi Kemanusiaan KN Tanjung Datu 301 Pulangkan Nelayan di Perbatasan

Foto : ANTARA/Muhamad Nurman

Kapal nelayan saat ditarik KN Tanjung Datu dari perbatasan Indonesia-Malaysia.

A   A   A   Pengaturan Font

NATUNA - Para pemangku kepentingan dan beberapa media dari Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau berangkat dari Dermaga Paslabuh TNI AL di Selat Lampa menuju ke perbatasan Indonesia-Malaysia di perairan Tanjung Datu menggunakan Kapal Negara (KN) Tanjung Datu 301.

Kapal berangkat sekitar pukul 14.30 WIB. Meski disambut dengan cuaca mendung, namun wajah ceria tetap terpancar dari wajah para penumpang KN Tanjung Datu. Pelayaran dilakukan dengan misi kemanusiaan, yakni untuk menjemput delapan nelayan wilayah setempat yang ditahan oleh otoritas Malaysia pada April 2024, diduga karena memasuki wilayah mereka.

KN Tanjung Datu 301 merupakan kapal patroli milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI. Kapal dengan panjang 110 meter ini sebagai transportasi untuk menjemput para nelayan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna sengaja meminta bantuan Bakamla, sebab yang akan dijemput bukan hanya nelayan, melainkan lengkap dengan kapal atau pompongnya yang turut dilepaskan otoritas Malaysia.

Jumlah pompong yang dijemput sebanyak tiga unit dengan kapasitas lima grosstone (GT). Pompong-pompong ini tidak bisa dioperasikan sebab mengalami kerusakan mesin, akibat tiga bulan tidak dioperasikan.

Setelah mengarungi lautan selama 17 jam, KN Tanjung Datu tiba dititik penjemputan. Dari kejauhan terlihat satu buah kapal kayu besar mendekat dengan menarik tiga unit kapal kecil. Ketiga kapal itu merupakan kapal nelayan beserta nelayan di dalamnya. Mereka sengaja berada di atas kapalnya guna menjaga kemudi agar kapal bergerak mengikuti kapal penarik.

Pemeriksaan kesehatan

Setelah berada dekat KN Tanjung Datu, personel Bakamla dengan sigap menurunkan sekoci guna menjemput nelayan untuk di bawa ke KN Tanjung Datu. Tujuannya untuk memeriksa kesehatan para nelayan. Sebelumnya, personel Bakamla berkomunikasi terlebih dahulu dengan otoritas Malaysia yang berada di atas kapal penarik, guna meminta izin.

Cuaca mendung yang disertai hujan ringan mewarnai proses penjemputan. Satu persatu nelayan diangkut dengan sekoci menuju ke KN Tanjung Datu. Pelukan hangat Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Natuna,Hadi Suryanto, yang sudah lama menanti kedatangan warganya di atas KN Tanjung Datu seperti memberikan semangat baru kepada para nelayan. Sambil memeluk, beberapa nelayan mengucapkan terima kasih kepadanya dan kemudian menaiki lantai dua KN Tanjung Datu.

Di atas mereka sudah ditunggu oleh dua orang perawat Bakamla lengkap dengan alat medis. Dengan tertib para nelayan duduk di kursi yang sudah disediakan menunggu panggilan untuk diperiksa. Sebelum diperiksa nelayan diberikan makanan ringan dan juga minuman, setelah itu satu persatu mereka dipanggil oleh perawat untuk diperiksa kesehatannya mulai dari detak jantung, bola mata, lidah, hingga telinga.

Untuk nelayan yang belum diperiksa diajak berbicara oleh Komandan KN Tanjung Datu Kolonel Bakamla, Rudi Endratmoko. Dengan nada pelan dan santun Rudi menanyakan keluhan para nelayan. Bukannya mengeluh para nelayan malah mengucapkan terima kasih kepadanya sambil menatap dengan linangan air mata. Mereka mengaku sudah lama menantikan momen penjemputan itu sebab batin mereka tertekan saat di Malaysia.

"Kami tidak dipukul di sana (Malaysia), cuman tertekan aja karena di negara orang," ucap salah satu Nelayan Rizal.

Serah terima

Setelah nelayan dinyatakan sehat, otoritas Malaysia menaiki KN Tanjung Datu dengan membawa berkas serah terima. Meski diwarnai rintik hujan dan alunan kecil gelombang, proses penyerahan tetap berjalan dengan lancar.

Selama proses serah terima berlangsung, di bagian buritan KN Tanjung Datu para personel Bakamla sibuk memindahkan tali kapal nelayan, dari kapal otoritas Malaysia ke KN Tanjung Datu.

Berkat pengalaman menarik kapal asal Australia yang sempat mengalami kerusakan mesin di perairan Perairan Natuna Utara pada Oktober 2023 dan latihan-latihan yang masif dilakukan, proses pemasangan tali berjalan dengan cepat dan tepat. Ketiga unit kapal berbanjar rapi, di mana jarak kapal pertama dari KN Tanjung Datu sekitar 50 meter, untuk dua lainnya sekitar 25 meter dari kapal pertama. Diberinya jarak agar kapal nelayan tidak rusak akibat gelombang yang ditimbulkan dari propeller (kipas) KN Tanjung Datu.

Awalnya, kapal nelayan direncanakan diletakkan di atas KN Tanjung Datu, dan sebelumnya sudah dilakukan simulasi mengangkat kapal nelayan ke atas KN Tanjung Datu di perairan Natuna pada Kamis (8/8), dengan menggunakan kapal nelayan setempat. Namun opsi ini dibatalkan sebab dinilai berisiko tinggi, terhadap kapal nelayan itu sendiri.

"Kita sudah membuat dua opsi, yang pertama kapal nelayan kita angkat ke atas KN Tanjung Datu, yang kedua kita tarik atau towing, dan setelah kita lakukan simulasi serta evaluasi, towing menjadi alternatif terbaik," ucap Komandan KN Tanjung Datu Kolonel Bakamla, Rudi Endratmoko.

Pemulangan nelayan

Selesai tali dipasang, asap hitam dari kedua cerobong asap mengepul, air laut di belakang buritan juga terlihat beriak, petanda KN Tanjung Datu akan berlayar kembali ke Natuna. Mesin yang pada pelayaran penjemputan terdengar garang, tidak pada pelayaran kembali, sebab kecepatan diturunkan guna meminimalisir risiko rusak nya kapal nelayan yang ada di belakang.

Setelah kurang lebih 11 jam mengarungi lautan, lima orang dan dua unit kapal nelayan dipulangkan di Kecamatan Subi. Mereka dijemput oleh Pemerintah Kecamatan setempat di perairan Subi. Wajah bahagia terpancar di wajah para nelayan, dan sanak saudaranya yang turut menjemput.

Ucapan terima kasih terdengar kembali, baik dari pemerintah setempat, keluarga nelayan serta nelayan itu sendiri. Penandatangan serah terima pun dilakukan di atas KN Tanjung Datu, namun hanya dari Dinas Perikanan Kabupaten Natuna dengan Pemerintah Kecamatan saja. Sebab, untuk penyerahan dari Bakamla ke Pemerintah Kabupaten Natuna akan diselenggarakan pada Minggu pagi di Dermaga Paslabuh TNI AL Selat Lampa.

Usai menandatangani berkas, Camat Subiberpamitan dan membawa warganya pulang ke kampung halaman. KN Tanjung Datu juga kembali melanjutkan pelayaran yang diperkirakan akan membutuhkan waktu 11 jam. Tepat pada Minggu (11/8) pukul 06.00 pagi, kapal berhenti menunggu keputusan apakah diperbolehkan untuk sandar di dermaga yang terlihat jelas dari atas KN Tanjung Datu.

Setelah beberapa menit menunggu, KN Tanjung Datu kembali bergerak merapat dan kemudian dilanjutkan dengan proses serah terima. Sebelum itu dilakukan para nelayan dan perwakilan keluarga diminta untuk duduk du kursi yang disediakan guna mendengarkan beberapa wejangan dari Komandan KN Tanjung Datu dan Pemkab Natuna, agar kejadian serupa tidak berulang.

Perwakilan nelayan juga diberikan kesempatan berbicara dan mengungkapkan kondisi yang mereka hadapi selama di negeri jiran. Delapan nelayan yang dipulangkan berjanji tidak mengulanginya dan mengaku jera, sebab mental mereka tertekan, meski jajaran otoritas Malaysia tidak pernah memukul para nelayan.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top