Manufaktur Kembali Ekspansif, Kemenkeu Yakin Ekonomi Bisa Tumbuh 5 Persen
Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (8/11/2024).
Foto: ANTARA/Bayu SaputraJAKARTA - Kementerian Keuangan optimistis kembalinya kinerja manufaktur ke zona ekspansif bakal berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2024, di mana target 5 persen diyakini bakal tercapai.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyebut aktivitas manufaktur Indonesia yang kembali ke zona ekspansif mencerminkan perekonomian Indonesia yang tetap solid di tengah berbagai tantangan, baik global maupun domestik.
“Pemerintah makin optimistis pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen untuk tahun 2024 dapat tercapai,” ujarnya dikutip di Jakarta, Jumat (3/1).
Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia meningkat dari 49,6 pada November menjadi 51,2 pada Desember 2024. Angka ini merupakan level tertinggi sejak Mei 2024.
Di sisi lain, beberapa negara ASEAN dengan ekonomi berbasis manufaktur, seperti Vietnam dan Malaysia, mencatatkan PMI manufaktur yang terkontraksi, dengan PMI masing-masing berada pada level 49,8 dan 48,6.
Perbaikan manufaktur Indonesia didorong oleh kenaikan produksi dan permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun internasional, yang meningkat menjelang Hari Raya Natal dan perayaan Tahun Baru.
Indeks Penjualan Ritel (IPR) mencatat kenaikan 1,7 persen (yoy) secara tahunan pada November 2024 (Oktober: 1,5 persen) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia pada November 2024 naik signifikan ke level 125,9 (Oktober: 121,1).
Menurut Febrio, perkembangan indikator tersebut mencerminkan daya beli yang terus meningkat dan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik di tengah perkembangan inflasi yang terkendali.
Selain itu, berdasarkan komponen PMI, peningkatan jumlah persediaan barang jadi mencerminkan optimisme pelaku usaha terhadap permintaan atas produk manufaktur Indonesia. Peningkatan aktivitas manufaktur ini juga diikuti dengan penyerapan tenaga kerja yang lebih ekspansif.
“Optimisme konsumen dan pelaku usaha, tercermin dari indeks penjualan ritel, keyakinan konsumen, dan aktivitas manufaktur yang ekspansif, menjadi modal penting bagi Indonesia menghadapi tantangan 2025. Konsumsi domestik dan aktivitas industri tetap menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi,” jelas dia.
Pemerintah, lanjut Febrio, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berkomitmen menjaga momentum ini dengan menciptakan kondisi yang kondusif, melindungi daya beli masyarakat, dan tetap menjaga level inflasi.
Berita Trending
- 1 Pemerintah Siapkan Pendanaan Rp20 Triliun untuk UMKM-Pekerja Migran
- 2 Kabar Gembira untuk Warga Jakarta, Sambung Air PAM Baru Kini Gratis
- 3 Usut Tuntas, Kejati DKI Berhasil Selamatkan Uang Negara Rp317 Miliar pada 2024
- 4 Pemkot Surabaya Mengajak UMKM Terlibat dalam Program MBG
- 5 Antisipasi Penyimpangan, Kemenag dan KPAI Perkuat Kerja Sama Pencegahan Kekerasan Seksual
Berita Terkini
- Kembangkan Kompetensi Perwira Kapal Negara, PIP Semarang dan Korpolairud Jalin Kerja Sama
- Lima Mobil Tabrakan Beruntun di Cipularang
- HUT ke-60 MKGR, Jawa Tengah Gelar Tabur Bunga dan Santuni Anak Yatim
- Rayakan Hari Kemerdekaan, Myanmar Bebaskan Ribuan Tahanan
- Latih Awak Kabinnya, Kakorpolairud Gandeng Politeknik Penerbangan Palembang