Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 13 Jan 2025, 17:51 WIB

Lenong Modern dan Ruang bagi Anak Muda untuk Melestarikan Budaya

Pentas lenong modern diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan generasi muda untuk melestarikan budaya Betawi.

Foto: (ANTARA/HO-Sanggar Ananda)

JAKARTA - Kim Kautsar semula tak begitu yakin aktingnya akan bisa mengimbangi para seniornya saat pentas lenong modern bertajuk "Simpanan Juragan” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Namun, berbekal keyakinan yang tersisa dan kepercayaan diri, remaja berusia 12 tahun itu nyatanya berhasil mencuri perhatian bukan saja para penonton melainkan menuai pujian dari berbagai tokoh besar seni komedi, termasuk Harry De Fretes dan Indro Warkop.

Siswa kelas 7 SMPN 99 Jakarta Timur itu memang punya tekad untuk terjun ke dunia seni peran. Tapi bukan sembarang seni peran karena ketertarikannya tak biasa. Lazimnya anak muda suka KPop atau JPop, dia justru menyukai panggung seni tradisional yakni lenong Betawi.

Kabar baiknya, Kautsar tak sendiri. Dia dan beberapa rekannya yang tekun belajar di Sanggar Ananda, arahan Aditya Gumay, pimpinan sanggar tersebut, punya mimpi mulia untuk terus melestarikan budaya Betawi melalui lenong.

Kautsar setidaknya menjadi salah satu wajah baru dari gelombang semangat anak muda yang ingin melestarikan seni tradisional di tengah gempuran budaya pop global.

Munculnya lenong modern memang menjadi semacam fenomena menarik dari panggung seni tradisional Indonesia.

Karya ini seakan menjadi bukti bahwa seni tradisi tidak harus kaku dan usang. Dengan sentuhan inovasi, lenong yang selama ini identik dengan cerita jenaka Betawi bisa tetap relevan bagi generasi muda.

Anak muda seperti Kautsar misalnya, menjadi bukti nyata bahwa regenerasi di dunia seni tradisional sangat mungkin terjadi asalkan ada ruang untuk anak muda berkembang.

Ketika biasanya pemain lenong pemula hanya mendapat peran kecil sebagai pembelajaran, Kautsar melompat langsung ke pusat panggung. Atas arahan Aditya Gumay,   Kautsar mendapat peran utama.

Ini bukan keputusan yang dibuat sembarangan. Bakat dan semangatnya dianggap memenuhi syarat untuk membawa lenong modern ke level baru.

Pementasan "Simpanan Juragan" di Taman Ismail Marzuki pada November 2024 menjadi panggung perdana bagi para talenta muda sebagai pemeran utama. Kemampuan akting mereka dipertaruhkan sekaligus diberi ruang.

Aktor senior Harry De Fretes menyebut bakat anak-anak muda sebagai sesuatu yang wajar untuk diapresiasi.

Sementara pelawak senior Indro Warkop menggambarkan penampilan para talenta muda sudah waktunya diberi kesempatan agar mereka semakin “ciamik” dan tergali potensinya.

Bagi seorang anak muda yang ingin berkarya, penghargaan dari tokoh besar atau senior adalah dorongan luar biasa untuk bisa semakin maju.


Jati Diri

Kisah Kautsar dan para pemeran muda lainnya bukan hanya tentang bakat individu. Ini menjadi gambaran bagaimana seni tradisional seperti lenong dapat dirangkul oleh generasi muda.

Ketika dunia hiburan saat ini didominasi oleh media sosial, film blockbuster, dan tren global, lenong modern hadir sebagai pengingat bahwa seni lokal tetap bisa beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya.

Inilah pentingnya kolaborasi lintas generasi, seperti yang terjadi dalam pementasan ini. Dengan para aktor dan pemeran senior mau berbagi panggung dengan anak-anak muda, seni lenong tidak hanya hidup, tetapi juga berkembang.

Lenong modern bukan sekadar lenong dengan gaya baru. Ia adalah jembatan yang menghubungkan tradisi dan inovasi, sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menarik minat generasi muda.

Dengan mengemas cerita yang relevan dengan isu masa kini, menyisipkan dialog yang akrab bagi Gen Z, serta memanfaatkan unsur teknologi seperti tata cahaya dan musik yang lebih modern, lenong menjadi ruang kreatif yang segar.

Anak muda tidak lagi melihat lenong sebagai seni “kuno,” tetapi sebagai wadah untuk mengekspresikan diri sekaligus melestarikan budaya.

Pementasan lenong modern juga memiliki peran strategis dalam membangun identitas budaya. Di tengah tren globalisasi, sering kali kita lupa pada kekayaan lokal yang sebenarnya bisa menjadi kekuatan.

Generasi muda seperti Kautsar tidak hanya berperan sebagai pelaku seni, tetapi juga sebagai penjaga identitas yang membawa cerita-cerita Betawi ke audiens yang lebih luas.

Ini penting di tengah tekanan budaya asing yang terus-menerus mendominasi ruang hiburan di tanah air.

Namun, regenerasi ini tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan dukungan yang serius, baik dari pemerintah maupun komunitas seni. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah memperbanyak panggung untuk lenong modern.

Festival seni, pementasan di sekolah-sekolah, hingga integrasi lenong dalam kurikulum ekstrakurikuler bisa menjadi cara untuk memperkenalkan seni ini kepada lebih banyak anak muda.

Selain itu, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan lenong dengan format yang lebih ringan, seperti sketsa pendek yang diunggah di platform populer.

Keberlanjutan lenong modern juga membutuhkan mentor-mentor seperti Aditya Gumay, yang dengan telaten melatih dan membimbing generasi muda.

Pelatihan yang intensif, seperti yang didapatkan Kautsar dan rekan-rekannya di sanggar, membuktikan bahwa dengan dukungan yang tepat, anak-anak muda dapat mengembangkan bakat mereka di seni tradisional.

Selain itu, apresiasi dari publik dan media juga memegang peranan penting. Apresiasi dari tokoh seni senior seperti Harry De Fretes dan Indro Warkop menunjukkan bahwa lenong modern memiliki posisi strategis di dunia hiburan jika terus didorong dengan serius.

Sebagai generasi yang lahir di tengah era digital, anak muda membawa keunikan tersendiri ke panggung lenong. Mereka tidak hanya membawa bakat akting, tetapi juga cara pandang baru terhadap seni ini.

Dengan memadukan perspektif modern dan nilai tradisional, lenong bisa menjadi alat yang ampuh untuk menceritakan kisah-kisah baru yang relevan bagi masyarakat saat ini. Apalagi, lenong selalu punya elemen jenaka yang mudah diterima audiens lintas usia.

Perjalanan Kautsar dan generasinya belum selesai. Persiapannya untuk pementasan “Lenong Bocah Reborn” pada Februari 2025 akan menjadi momen penting untuk menunjukkan bahwa mereka mampu terus tumbuh sebagai generasi baru pemain lenong modern.

Kisahnya adalah refleksi dari potensi besar yang dimiliki seni tradisional jika diberi kesempatan untuk beradaptasi dan berkembang.

Dengan lenong modern, Indonesia tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menunjukkan bahwa seni lokal memiliki daya saing di dunia hiburan yang semakin kompetitif.

Melalui semangat anak muda, lenong tidak hanya hidup, tetapi juga menemukan rumah baru di hati generasi digital.

Dan dari situ, semua menjadi tahu, masa depan seni tradisional Indonesia berada di jalan dan arah yang tepat. Ant

Redaktur: -

Penulis: Opik

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.