Filipina Kecam Serangan pada Nelayan Vietnam
- filipina
- nelayan
- Vietnam
MANILA - Filipina pada Jumat (4/10)mengecam dugaan serangan Tiongkok terhadap nelayan Vietnam di Laut Tiongkok Selatan (LTS), tempat Manila dan Beijing juga terlibat dalam konfrontasi keras yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik bersenjata.

Ket. Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Eduardo Ano
Doc: AFP/NOEL CELIS
Sebelumnya Vietnam menuduh pasukan penegak hukum Tiongkok telah memukuli 10 nelayan dengan tongkat besi dan merampok ikan dan peralatan senilai ribuan dollar AS pada Minggu (29/9) di lepas pantai Kepulauan Paracel di LTS.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengakui adanya insiden yang terjadi di sana, tetapi membantah versi Vietnam mengenai kejadian tersebut.
Tiongkok dan Vietnam sama-sama mengklaim Kepulauan Paracel, tetapi Filipina tidak. "Kami mengutuk keras tindakan kekerasan dan ilegal otoritas maritim Tiongkok terhadap nelayan Vietnam di dekat Kepulauan Paracel pada 29 September 2024," kata Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Eduardo Ano, dalam sebuah pernyataan.
Ano menggambarkan bahwa serangan yang tidak dapat dibenarkan tersebut sebagai tindakan mengkhawatirkan yang tidak memiliki tempat dalam hubungan internasional.
Kementerian Luar Negeri Filipina pada Jumat juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihaknya mengetahui insiden serius tersebut.
"Filipina secara konsisten mengecam penggunaan kekuatan, agresi, dan intimidasi di LTS, dan menekankan perlunya para aktor untuk benar-benar menahan diri," kata kementerian itu. "Merupakan kewajiban utama untuk menjamin keselamatan di laut bagi kapal dan awaknya, terutama nelayan," imbuh mereka.
Anda mungkin tertarik:
Perluas Kehadiran
Insiden penyerangan terhadap nelayan Vietnam itu terjadi hanya selang tiga bulan setelah personel penegak hukum Tiongkok yang bersenjatakan pisau, tongkat, dan kapak, menyerang pasukan Filipina yang berupaya mengirimkan pasokan ke garnisun Filipina yang berjaga di Second Thomas Shoal di Kepulauan Spratly.
Pada insiden itu tentara Tiongkok menyita senjata api dan perlengkapan lainnya serta merusak kapal-kapal Filipina, sementara seorang pelaut Filipina kehilangan ibu jari dalam perkelahian pada tanggal 17 Juni.
Penjaga pantai Tiongkok dan kapal-kapal lainnya dalam beberapa bulan terakhir juga telah menabrak, menyemprotkan meriam air, dan memblokir kapal-kapal pemerintah Filipina pada beberapa kesempatan di sekitar Second Thomas Shoal dan Sabina Shoal di Kepulauan Spratly, serta Scarborough Shoal di wilayah laut lainnya.
Beijing mengklaim sebagian besar LTS dan selama bertahun-tahun berupaya memperluas kehadirannya di wilayah yang disengketakan di sana, menepis putusan internasional yang menyatakan klaimnya terhadap sebagian besar jalur perairan itu tidak memiliki dasar hukum.
Mereka pun telah membangun pulau-pulau buatan yang dipersenjatai dengan sistem misil dan landasan pacu untuk jet tempur, serta mengerahkan kapal-kapal yang menurut Filipina mengganggu kapal-kapalnya dan menghalangi para nelayannya. AFP/I-1