Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Tiongkok Berharap Kedua Korea Berdialog Atasi Ketegangan

Foto : ANTARA/Desca Lidya Natalia

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Tiongkok pada Jumat (5/1/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Beijing - Tiongkok mengharapkan dua negara tetangganya, Korea Utara dan Korea Selatan, berdialog agar Semenanjung Korea tetap damai, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin kepada media di Beijing pada Jumat.

Korea Utara menembakkan sekitar 200 peluru artileri ke perairan lepas pantai baratnya Jumat pagi sehingga pemerintah Korea Selatan memerintahkan penduduk Pulau Baengnyeong dan Pulau Yeonpyeong agar mengungsi.

"Kami mengetahui bahwa Korea Selatan dan AS baru-baru ini melakukan latihan gabungan skala besar di wilayah perbatasan Korea Utara-Korea Selatan, dan Korea Utara juga melakukan latihan artileri pagi ini," kata Wang.

Dia menegaskan bahwa Tiongkok mengikuti perkembangan di Semenanjung Korea dengan cermat setelah belakangan sikap permusuhna antara pihak-pihak terkait meningkat sehingga ketegangan memuncak di Semenanjung Korea.

"Dalam situasi saat ini, kami berharap pihak-pihak terkait dapat bersikap tenang dan menahan diri untuk tidak memicu ketegangan dan menghindari eskalasi lebih jauh guna menciptakan kondisi yang memungkinkan dimulainya kembali dialog," kata Wang.

Aksi Korea Utara itu adalah untuk kesekian kalinya mereka melakukannya setelah membatalkan perjanjian militer antar-Korea 2018 pada November.

Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengaku mendeteksi tembakan artileri dari Tanjung Jangsan dan Tanjung Deungsan, yang dua-duanya berada di wilayah pesisir barat daya Korea Utara, mulai 09.00 hingga 11.00 pagi waktu setempat.

Artileri itu jatuh ke zona penyangga maritim di utara Garis Batas Utara (NLL) yang merupakan perbatasan maritim de facto dengan Laut Kuning.

Zona penyangga itu berada di bawah perjanjian militer antar-Korea yang ditandatangani pada 19 September 2018 untuk meredakan ketegangan di perbatasan.

JCS menyatakan tidak ada laporan kerusakan sipil dan militer akibat artileri yang ditembakkan Korea Utara, selain menyebut tindakan Korea Utara itu provokatif dan memperingatkan bisa melakukan tindakan serupa.

"Kami dengan keras memperingatkan bahwa seluruh tanggung jawab atas situasi yang memperburuk krisis ini berada di tangan Korea Utara dan mendesak agar hal ini segera dihentikan," kata Juru Bicara JCS Kolonel Lee Sung-jun dalam konferensi pers.

Militer Korsel berencana mengadakan latihan menembak di pulau-pulau perbatasan barat laut di Laut Kuning sebagai balasan atas tembakan artileri Korea Utara.

November tahun lalu, Korut secara sepihak membatalkan perjanjian 2018 setelah Seoul menangguhkan sebagian kesepakatan itu sebagai protes atas keberhasilan peluncuran satelit mata-mata militer Korut.

Pyongyang terakhir kali menembakkan artileri ke zona penyangga maritim di Laut Timur pada 6 Desember 2022 yang kemudian disebut pelanggaran terhadap perjanjian militer 2018.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top