Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan "Stunting" I Tingginya Kasus "Stunting" Dapat Hambat Realisasi Indonesia Emas 2045

Perluas Cakupan Fortifikasi Pangan

Foto : ISTIMEWA

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi.

A   A   A   Pengaturan Font

Fortifikasi semestinya tak hanya dilakukan pada beras saja, tetapi bisa diperluas untuk bahan pangan lain, tanpa mengubah sifat dasar produk tersebut.

JAKARTA - Pemerintah mendorong fortifikasi sebagai salah satu upaya mengatasi kekurangan gizi dan malanutrisi. Pemerhati pangan berharap cakupan fortifikasi pangan ini diperluas, bukan hanya dibicarakan karena momentum Hari Pangan Sedunia (HPS) saja yang jatuh setiap 16 Oktober. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan upaya menjaga ketersediaan pangan harus dibarengi dengan perbaikan kualitas gizi masyarakat.

"Hari Pangan Sedunia (HPS) yang baru saja kita peringati pada 16 Oktober, menjadi momentum yang baik bagi kita untuk meningkatkan kesadaran dan inisiatif untuk membangun ketahanan pangan yang lebih baik. Upaya perbaikan gizi masyarakat, misalnya melalui fortifikasi, ini selaras dengan upaya mewujudkan hak atas pangan untuk hidup lebih baik, sesuai tema yang diusung pada peringatan HPS tahun ini," ujar Arief di Jakarta, Kamis (17/10).

Stunting menjadi salah satu bentuk malanutrisi kronis yang masih terus membutuhkan perhatian pemerintah. Melalui upaya fortifikasi turut mendukung perbaikan gizi yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan stunting. Fortifikasi pangan atau pengayaan adalah proses penambahan mikronutrien, seperti vitamin dan unsur renik esensial pada makanan, antara lain susu, roti, yogurt, minuman sari buah, sereal sarapan, garam, minyak goreng, tepung, dan lain-lainnya.

"Kami di Bapanas telah menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kernel beras fortifikasi dan akan melanjutkan dengan penyusunan SNI beras fortifikasi. Ini akan menjadi acuan, baik untuk produksi sukarela maupun program bantuan pangan yang diberikan oleh pemerintah," ujar Arief. Dia berharap penerapan standar ini akan mempermudah para pemangku kepentingan dalam mengembangkan dan mengadopsi fortifikasi pangan di Indonesia.

Dalam seminar dan workshop tentang "Peran Fortifikasi dalam Meningkatkan Kualitas Pangan" di Universitas Jember (UNEJ), Rabu (16/10), Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas, Yusra Egayanti, menekankan beras fortifikasi berperan strategis dalam menangani stunting. "Beras fortifikasi tidak hanya menjadi sumber karbohidrat, tetapi juga diperkaya dengan berbagai zat gizi mikro, seperti vitamin A, B1, B6, B12, asam folat, zat besi, dan zinc. Dengan kandungan nutrisi tersebut, beras ini bisa membantu menurunkan angka stunting di Indonesia," ujar Yusra.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top