Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perlu Diluruskan, Suharso: Penghitungan Stunting di Sejumlah Daerah "Misleading"

Foto : ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Tangkapan layar - Menteri/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Jakarta, Kamis (6/4/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Semua pihak harus bersinergi mengatasi kekerdilan anak, Suharso sebut penghitungan stunting di sejumlah daerah misleading.

Jakarta - Perlu diluruskan. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan penghitunganstuntingdi sejumlah daerahmisleading.

"Saya berharap di dalam menghadapi dan mengurangi stunting ini jangan bicara soal angka saja, karena saya beberapa kali di beberapa daerah menemukan cara menghitung stuntingnya itumisleading. Jadingapusiaja itu adanya, tidak bisa lagi seperti ini," katanya padaRapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 yang dipantau secara virtual, Jakarta, Kamis (6/4).

Menurut dia, bukan berarti anak pengidap stunting yang telah berumur lebih dari lima tahun maka tidak masuk lagi dalam kategori stunting di dalam numerik. Suharso menganggap pandangan tersebut aneh.

"Lalu masuk lagi populasi bayi yang baru, setelah itu baru dihitung berapa yang stunting dari populasi itu. Saya kira banyak hal yang perlu diluruskan," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan tantangan di sektor kesehatan Indonesia karena masih terdapat kasus-kasus baru, yakniNeglected Tropical Diseases(NTD). Jenis NTD di antaranya adalah kusta dengan 12.095 kasus baru per tahun atau nomor ke-3 terbanyak di dunia, tuberkulosis 969 ribu kasus baru per tahun atau nomor ke-2 di dunia, serta malaria dengan 415.140 kasus baru per tahun.

"Untuk gizi dan penyakit tidak menular, yakni prevalensi stunting (21,6 persen), juga perlu kerja keras untuk mencapai RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), perlu turun 3,8 persen per tahun. Kondisi ini kiranya menjadi perhatian sebagai input dalam menentukan arah kebijakan dan strategi di bidang kesehatan pada setiap level pemerintahan dalam meningkatkan layanan kualitas kesehatan tahun 2024," ungkap Suharso.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top