Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Melegakan, Dinkes Sumut: Tak Ada Arcturus dan Lonjakan Covid-19 Usai Lebaran

Foto : ANTARA/Yudi

Petugas menyiapkan vaksin Covid-19 penguat (booster) kedua di Rumah Sakit Haji Medan, Sumatera Utara, Senin (30/1/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Kerja keras banyak pihak ini membuahkan hasil, Dinkes Sumut sebut tak ada arcturus dan lonjakan Covid-19 usai Lebaran.

Medan - Melegakan, Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) menyatakan belum ditemukan penyebaran virus SARS-CoV-2 subvarianOmicron Arcturus atau XBB.1.16 dan tidak ada lonjakan kasus Covid-19 usai perayaan Lebaran 2023 di provinsi beribu kota Medan ini.

"Untuk subvarianArcturus belum ada di sini. Lalu terkait Lebaran kemarin, meski mobilitas penduduk sangat tinggi, penambahan kasus Covid-19 sedikit, relatif rendah," ujar Kepala Dinkes Sumut dokter Alwi Mujahit Hasibuan, di Medan, Kamis.

Di Sumut, Alwi melanjutkan, per Rabu (26/4), positivity rateCovid-19 berada di kisaran 2,2 persen atau jauh di bawah standar yang ditetapkan WHO yakni lima persen.

Bahkan, satgas penanganan Covid-19 menyatakan bahwa pada seminggu terakhir sampai 26 April 2023, rata-rata positivity rateCovid-19 di Sumut sebesar 1,29 persen.

Dinkes Sumut juga menyebut bahwa kasus Covid-19 terkendali, terlihat dari rendahnya kasus harian dan tidak banyaknya pasien yang perlu dirawat inap.

Selain itu, belum ada pula kasus Covid-19 yang berujung pada kematian setidak-tidaknya sekitar dua bulan terakhir.

"Di Sumut, kemarin, Rabu (26/4), kasus positif Covid-19 ada 25. Jadi dibandingkan dengan beberapa daerah yang lain, Sumut termasuk cukup baik pengendaliannya," kata Alwi.

Sedangkan terkait virus SARS-CoV-2 yang ada di Sumut, Alwi menyebut bahwa jenisnya masih didominasi Omicron tetapi bukan subvarianArcturus.

Omicron yang ada di Sumut relatif tidak berbahaya, karena hanya menyebabkan gejala ringan sampai menengah seperti demam dan batuk.

"Meski penyebarannya cepat, angka kematian karena Omicron rendah. Gejalanya demam tetap ada, begitu pula batuk tetapi tidak berat," ujarAlwi.

Virus SARS-CoV-2 subvarianOmicron Arcturus atau XBB.1.16 sudah ditemukan menyebar di kurang lebih 20 negara di dunia termasuk Australia, India, Singapura, dan Indonesia.

Penyebaran subvarian tersebut diyakini lebih cepat dari subvarianOmicron sebelumnya. Namun, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penderita Covid-19 akibat Omicron Arcturus di Indonesia tidak menimbulkan gejala yang mengkhawatirkan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top