Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kemenkes: HAN 2024 Momentum Lindungi Anak dari Polio dan Stunting

Foto : ANTARA/MUHAMMAD ADIMAJA

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanani) memberi hadiah kepada seorang siswa sekolah dasar saat menghadiri peringatan Hari Anak Nasional Ke-40 di Istora Papua Bangkit, Jayapura, Papua, Selasa (23/7/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 yang bertema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju", adalah sebagai wujud komitmen pemerintah untuk selalu melindungi anak-anak Indonesia, termasuk dari stunting dan polio, agar tumbuh kembangnya baik.

Juru Bicara Kemenkes M. Syahrir mengatakan dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat (26/7), untuk mewujudkannya, Kementerian Kesehatan menempuh dua upaya strategis, yakni memastikan setiap anak tumbuh dan berkembang melalui intervensi pencegahan stunting, dan melakukan perlindungan dari penyakit berbahaya salah satunya polio.

Syahrir mengatakan pemerintah memberikan imunisasi polio pada anak, karena polio, yang disebabkan oleh virus, merupakan penyakit yang sangat menular yang menyerang sistem saraf sehingga dapat menyebabkan kecacatan permanen, bahkan kematian.

Dia mengatakan kecacatan akibat infeksi polio tidak dapat diobati, tetapi dapat dicegah melalui pemberian imunisasi. Berdasarkan penilaian risiko menggunakan tool standar yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia masuk kategori berisiko tinggi polio.

Tercatat, sebanyak 32 provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia masuk kategori berisiko tinggi polio, khususnya polio tipe 2. Sejak akhir tahun 2022 dilaporkan kejadian luar biasa (KLB) polio tipe 2 di beberapa provinsi, antara lain Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.

Selain itu, katanya, kasus anak dengan polio tipe 1 juga dilaporkan di Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Temuan kasus anak dengan polio ini kemudian dinyatakan sebagai KLB Polio.

Oleh karena itu, kata Syahrir, untuk memutus transmisi virus polio dan meningkatkan imunitas anak dari infeksi polio, dilakukan pemberian imunisasi pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio.

"Pada pelaksanaan PIN Polio tahap 1 maupun 2, kami menargetkan 95 persen sasaran menerima dua tetes manis imunisasi polio. Dengan begitu, diharapkan semua anak akan mendapat perlindungan yang optimal dari ancaman polio," katanya.

Dia mengatakan PIN Polio tahap dua dimulai pada 23 Juli 2024 bertepatan dengan Hari Anak Nasional (HAN) 2024. Jumlah sasaran PIN Polio tahap dua sebanyak 16. 420.460 anak.

PIN Polio tahap 2 dilaksanakan di 27 provinsi, antara lain Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, dan Yogyakarta (kecuali Kabupaten Sleman).

Selain polio, kata Syahrir, stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Tak hanya mempengaruhi kondisi fisik anak tetapi juga perkembangan kognitif dan kinerja jangka panjang karena perkembangan otak yang tidak optimal.

Dia menjelaskan angka stunting di Indonesia masih jauh dari target yakni 14 persen pada 2024. Mengutip Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional sebesar 21,5 persen, turun sekitar 0,8 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk mencapai target itu, dia melanjutkan pemerintah telah melakukan dua intervensi, yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi gizi sensitif menyasar keluarga dan masyarakat karena berkaitan dengan penyediaan air bersih dan peningkatan akses pangan.

Intervensi spesifik. katanya, dilakukan dengan menyasar remaja putri, ibu hamil, bayi, dan balita, antara lain dengan mencegah remaja putri anemia melalui pemberian tablet tambah darah seminggu sekali, melakukan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil minimal 6 kali.

Selain itu, Kemenkes mendorong pemberian ASI eksklusif 6 bulan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan di posyandu, melakukan pemberian makanan pendamping ASI kaya protein hewani pada balita 6-23 bulan, serta menerapkan tata laksana balita bermasalah gizi dan imunisasi dasar lengkap.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top