Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 13 Nov 2023, 00:01 WIB

Demokrasi RI Harus Berkiblat pada Pancasila

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo (tengah) pada diskusi kebangsaan, di Semarang, pekan lalu.

Foto: ISTIMEWA

SEMARANG - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyatakan pendidikan berpikir kritis kepada masyarakat harus terus dilakukan agar demokrasi Indonesia berlandaskan Pancasila terus terwujud. Demokrasi Indonesia harus selalu berkiblat kepada nilai-nilai Pancasila.

Benny mengungkapkan hal itu dalam acara diskusi kebangsaan yang diadakan oleh Gerakan NKRI Sehat, di Semarang, pekan lalu. Hadir juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut Arief Hidayat yang merupakan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) serta peserta dari berbagai kalangan, seperti budayawan dan akademisi.

"Semua itu bukan hanya sekadar nilai yang dihafalkan, tetapi nilai-nilai itu menjadi rasa, menjadi tingkah laku dan ucapan serta perbuatan dalam berbangsa dan bernegara. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, itulah nilai-nilai Pancasila. Semua itu inti demokrasi Indonesia," tutur Benny.

Menurut keterangan tertulis yang diterima Koran Jakarta, Minggu (12/11), Benny mengatakan keadaban demokrasi Indonesia yang berlandaskan nilai Pancasila bisa dibuat jika ada kerja sama antara pemerintah, pasar, dan masyarakat.

"Semuanya jadi pengawas dari yang lainnya. Sekarang, jika masyarakat malah terbelenggu dan terjadi penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila, seharusnya kita tidak hanya diam, kita harus mengoreksi, untuk mengembalikan keadaban demokrasi,"tandasnya.

Benny menyoroti isu-isu yang menerpa jelang penyelenggaraan pemilu tahun 2024 ini.

"Masyarakat berhak untuk mengoreksi dan mengintervensi jika dilihat ada penyimpangan dalam penegakan norma hukum. Jangan lagi diam saat diintervensi pemerintah ataupun pasar. Hukum itu tidak bisa dikendalikan di luar norma etis, karena pelanggaran etis itu cacat moral, artinya nilai Pancasila diabaikan," tegasnya.

Selalu Waspada

Pakar komunikasi politik ini pun menyerukan agar selalu waspada dan raising awareness akan keadaan bangsa dan negara terus dipupuk.

"Publik harus sadar mereka berhak untuk diberikan pendidikan sebagai masyarakat yang kritis dan cerdas, terutama jika kita berbicara dalam hal penggunaan hak memilih dalam pemilu yang akan datang."

Misalnya, lanjut Benny, saat memilih pemimpin dan wakil rakyat, pintar-pintarlah melihat siapa yang menjadi calon-calonnya. Harus check and recheck prestasinya, track record-nya, apa saja yang sudah mereka lakukan. Apakah mereka memiliki kemampuan untuk mengatur negara ini.

Dia pun mengingatkan di saat menyambut pesta demokrasi ini, agar memilih mereka yang menunjukkan Pancasila sebagai rasa dalam hidup mereka.

"Pemimpin yang bisa menjaga kestabilan, persatuan, dan humanis, yang punya Pancasila dalam tindakan, gugus insting dan memiliki hati. Pemilu kita harus jujur dan adil. Semua harus menjadi kritis untuk memilih pemimpin yang memang paling baik,"kata Benny.

Benny pun mengingatkan masyarakat untuk jangan saling salah menyalahkan. "Sekarang, kita didik diri kita dan sekeliling kita untuk menjadi kritis. Jangan sampai kita masuk perangkap dan tidak mampu membangun kekritisan. Selama ada akal sehat dan nalar demokrasi, kita selamat dari kehancuran demokrasi,"katanya.

Arief Hidayat pun menyatakan Pancasila adalah harta yang berharga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Negara kita ini negara aneh menurut dunia global. Pancasila itu karunia Tuhan YME yang dikaruniakan lewat founding fathers kita. Saya sering membaca Pembukaan UUD 1945, dan saya menemukan sebuah cita-cita yaitu manusia Indonesia menjadi manusia yang unggul dan memiliki karunia," jelasnya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.