Bisa Gunakan Rudal Jarak Jauh, Prancis Tegaskan Tidak Ada Pembatasan dalam Mendukung Ukraina
Arsip Foto - Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) saat konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kiev, Ukraina, beberapa waktu lalu.
Foto: ANTARA/REUTERS/Valentyn OgirenkoIstanbul - Menteri Luar Negeri Prancis menegaskan tidak ada pembatasan dalam dukungan negaranya bagi Ukraina dalam menghadapi Rusia.
Dalam wawancara di BBC, yang kutipannya telah dipublikasikan di situs media tersebut, Jean-Noel Barrot menyatakan bahwa Ukraina dapat menggunakan rudal jarak jauh Prancis untuk menyerang Rusia "dalam kerangka logika untuk membela diri."
Namun, Barrot tidak memastikan apakah senjata Prancis telah digunakan dalam perang yang berlangsung sejak Februari 2022 itu.
"Prinsipnya sudah jelas ... pesan kami kepada Presiden Zelenskyy telah diterima dengan baik,” kata Barrot, menambahkan.
Menurut dia, sekutu-sekutu di kalangan Barat tidak boleh membatasi dukungan mereka pada Ukraina.
Ketika ditanya apakah dukungan tersebut mencakup pengiriman pasukan Prancis ke Ukraina, Barrot menjawab, “Kami tidak menutup kemungkinan apa pun.”
“Kami akan mendukung Ukraina sekuat dan selama yang diperlukan. Mengapa? Karena keamanan kami sendiri yang dipertaruhkan,” ujarnya.
“Setiap kali tentara Rusia maju satu kilometer persegi, ancaman semakin mendekati Eropa sejauh satu kilometer persegi,” ujarnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Februari tahun ini menolak menutup kemungkinan pengiriman pasukan darat ke Ukraina. "Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan Rusia tidak menang."
Pekan lalu, Barrot mengatakan Prancis dapat “mempertimbangkan” untuk mengizinkan Ukraina menyerang target Rusia dengan menggunakan rudal.
Langkah itu dipertimbangkan Prancis setelah Presiden AS yang akan segera meninggalkan jabatannya, Joe Biden, memberi wewenang kepada pemerintah Ukraina untuk menggunakan rudal AS.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah memperingatkan bahwa Moskow dapat menyerang fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan senjata mereka digunakan untuk menghantam target di dalam wilayah Rusia.
Berita Trending
- 1 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 4 Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- 5 Cegah Kepunahan, Karantina Kepri Lepasliarkan 1.200 Burung ke Alam